Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Konsumsi Rokok Penduduk Miskin Meningkat, Ini Memperparah Kemiskinan

Kompas.com - 25/06/2020, 16:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Untuk diketahui, penyakit katastropik merupakan penyakit yang akan membutuhkan biaya yang tinggi dalam pengobatannya.

2. Menghabiskan anggaran

Hal ini berkaitan dengan rentannya terkena penyakit katastropi, juga kan berpengaruh terhadap kebutuhan anggaran yang lebih besar lagi.

Bahkan, bisa menghabiskan atau berpengaruh banyak terhadap anggaran pengeluaran untuk Penyakit Tidak Menular.

3. Penurunan produktivitas

Pungkas berkata, seperti yang sudah dilakukan oleh banyak apra ahli tentang tobaacco atau tembakau untuk rokok ini, bahwa konsumsi rokok secara aktif dapat menjadi pemicu atau faktor risiko penyakit kronis terjadi.

Baca juga: Gambar Peringatan pada Bungkus Rokok Efektif Kurangi Perokok, Ahli Jelaskan

Jika Anda menderita penyakit kronis akibat konsumsi rokok ini, bukan tidak mungkin aktivitas Anda sehari-hari bisa terganggu karena penyakit kronis yang diderita

4. Memperparah kemiskinan

Ketiga dampak rokok yang telah disebutkan sebelumnya, kata Pungkas, akan sangat berkaitan samu dengan yang lainnya.

Menjadi perokok aktif, bisa menjadi penyebab dari memperpanjang kemiskinan itu.

Sebab, harus membeli rokok yang harga jualnya saat ini sudah semakin naik, berisiko terkena penyakit kronis atau katastropik, menghabiskan anggaran, penurunan produktivitasdan akhirnya memperparah kemiskinan .

Baca juga: Pandemi Covid-19, Momentum Pemerintah Perbesar PHW di Bungkus Rokok

Oleh sebab itu, pengendalian konsumsi rokok dapat membantu Anda dan keluarga Anda terjaga kesehatannya.

"Pengendalian konsumsi rokok membantu keluarga miskin untuk mengalokasikan pendapatan ke arah yang telah produktif," ujar dia.

Pada dasarnya, tegas Pungkas, masalah rokok itu bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah ekonomi dan sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com