Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busur dan Anak Panah Tertua Ditemukan di Sri Lanka, Begini Wujudnya

Kompas.com - 14/06/2020, 13:04 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Benda-benda hasil inovasi manusia purba di wilayah Asia selama ini kurang tereskpos dunia luar.

Namun melalui studi baru, peneliti berhasil menguak bukti paling awal penggunaan busur dan panah di wilayah hutan hujan tropis Asia.

Temuan itu pun sekaligus menjadi bukti paling awal teknologi busur dan anak panah yang ditemukan di luar Afrika hingga saat ini.

Busur dan panah yang berusia 48.000 tahun yang lalu itu ditemukan di gua Fa-Hien Lena, Sri Lanka.

Manusia purba membuat alat tersebut dari tulang binatang dan digunakan untuk berburu monyet serta tupai.

Baca juga: Manusia Purba Manfaatkan Kolam Lumpur untuk Berburu Mammoth

Seperti dikutip dari CNN, Sabtu (13/6/2020) saat peneliti melakukan analisis tulang monyet dan tupai yang ditemukan di gua, mereka turut menemukan beberapa tulang yang dibuat sebagai alat.

Setelah di teliti, peneliti pun berhasil menyimpulkan jika alat-alat tersebut memang digunakan untuk memburu hewan-hewan kecil yang bergerak cepat di hutan hujan.

"Patahan pada titik-titik tersebut menunjukkan kerusakan yang terjadi karena tumbukan bertenaga tinggi, sesuatu yang biasa disebabkan oleh penggunaan panah," kata Michelle Langley, penulis utama studi yang juga dosen senior forensik dan arkeologi di Griffith Univeristy.

Selain menemukan bukti awal penggunaan busur dan anak panah, peneliti juga menemukan manik-manik yang terbuat dari cangkang, gigi hiu.

Mereka memperkirakan bahwa manik-manik kemungkinan berusia 45.000 tahun.

Manik-manik yang berwarna merah terang, kuning, dan perak tersebut digunakan sebagai asesoris pribadi.

Namun peneliti juga percaya, manusia purba melakukan perdagangan barang dengan populasi lain yang tinggal di sepanjang pantai Sri Lanka.

Ini artinya, mereka telah mengembangkan jejaring sosial di daerah tropis Asia Selatan.

"Jejaring ini akan menjadi kunci untuk bertahan hidup. Mereka bisa saling mendukung satu sama lain jika terjadi masalah, memungkinkan mereka bertahan dan berkembang," tambah Patrick Roberts, peneliti lain yang tergabung dalam studi.

Tak hanya itu juga, peneliti turut menemukan semacam jarum yang terbuat dari tulang. Alat ini bisa digunakan untuk membuat pakaian dari kulit binatang atau jaring ikan dari tanaman.

"Dalam kasus Sri Lanka, pakaian menawarkan perlindungan terhadap nyamuk serta bahaya tropis lainnya," papar Roberts.

Keberhasilan dalam studi serta penelitian ini pun memberikan pengetahuan akan pentingnya pemahaman bagaimana manusia hidup beradaptasi dan berevolusi.

Baca juga: Manusia Purba Neanderthal Lebih Cerdas dari Perkiraan Kita, Ini Buktinya

Manusia tak hanya hidup di sabana, padang rumput, dan hutan di Afrika, mereka juga beradptasi untuk berkembang di lingkungan ekstrem.

Bukti menunjukkan bahwa spesies kita pun berhasil menduduki hutan hujan tropis, dataran tinggi, gurun, dan lingkungan paleoarktik selama Pleistosen Akhir.

Tapi lingkungan di atas dianggap tak menarik dan sering luput dari penelitian arkeologis karena kemungkinan tak dapat menemukan jejak manusia.

"Manusia menunjukkan sumber daya yang luar biasa dan kemampuan untuk mengeksploitasi berbagai lingkungan baru. Ketrampilan ini memungkinkan mereka untuk menjajah hampir semua wilayah di planet ini," pungkas Nicole Boivin, peneliti lain dalam studi.

Dan kini pencarian bukti-bukti itu belum berakhir, tim peneliti kembali mengeksplorasi situs-situs pantai di Sri Lanka untuk menemukan bukti penghuni purba lainnya.

Studi telah dipublikasikan di jurnal Science Advances.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com