Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tipe Virus Corona di Indonesia Beda dengan Negara Lain, Apa Vaksinnya Bakal Beda?

Kompas.com - 18/05/2020, 12:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Tipe virus corona Covid-19 yang menyebar di Indonesia disebut berbeda dengan 3 jenis virus Covid-19 di dunia.

Hal ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.

Dilansir Kontan.co.id, Selasa (5/5/2020) dalam artikel berjudul "Menristek sebut tipe Covid-19 di Indonesia beda dengan 3 tipe lain di dunia", kesimpulan itu berdasar hasil analisis genom virus corona atau Whole Ghenome Sequencing (WGS) yang dikirim Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke portal GISAID.

GISAID, singkatan dari Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data, merupakan inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu.

GISAID telah mengumpulkan data Covid-19 dari berbagai negara.

Baca juga: Tipe Virus Corona di Indonesia Berbeda dengan 3 Jenis Lain di Dunia, Apa Maksudnya?

Sejauh ini, sebagian besar tipe Covid-19 yang ditemukan di dunia berjenis S, G, atau V.

Sementara di Indonesia, Bambang menyebut tipe Covid-19 yang menyebar di Tanah Air tidak termasuk dalam tiga tipe tersebut.

Dari temuan tersebut, kemudian muncul pertanyaan baru, seperti apakah nantinya vaksin awal yang dibuat? Mengacu ke strain virus yang mana?

Menjawab pertanyaan ini, Indra Rudiansyah, kandidat doktor riset vaksin di Jenner Institute, Oxford University, menjelaskan bahwa strain virus yang berbeda berdasarkan hasil dari pengurutan material genetik yang sudah diunggah ke GISAID.

Dari data yang sudah diunggah di portal GISAID, kita sebenarnya dapat melihat kelompok-kelompok strain kecil atau besar dari virus SARS-CoV-2.

"Memang banyak pertanyaan, apakah vaksin yang dibuat, terutama vaksin-vaksin awal yang dikembangkan saat awal pandemik mengacu ke hasil genom yang diupload oleh scientist dari China di Wuhan," kata Indra.

"Nah, jawabannya adalah, sampai sekarang kita tidak tahu jawaban pastinya seperti apa," imbuhnya dalam acara Webinar Zoom bertajuk 'Big Questions Forum 9, Menghadapi Covid-19: Kebijakan, Sains, Solidaritas Nasional dan Global' yang diselenggarakan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jumat (15/5/2020).

 

Ilustrasi 3D virus corona yang menyebabkan Covid-19SHUTTERSTOCK/CORONA BOREALIS STUDIO Ilustrasi 3D virus corona yang menyebabkan Covid-19

Para ahli belum memiliki jawaban pasti untuk itu, kata Indra, karena mutasi virus sebenarnya ada banyak jenis.

"Jadi, ada mutasi yang benar-benar bisa membuat virus menjadi berbenda, dan ada mutasi yang sebenarnya dia tidak berpengaruh terhadap struktur atau kondisi luar dari virus tersebut," kata Indra.

"Nah, jadi kita harus bisa memilah, mutasinya seperti apa kemudian mutasinya terjadi di mana," ungkapnya.

Baca juga: Butuh Waktu Lama, Bagaimana Cara Ilmuwan Menemukan Vaksin Corona?

Jika mutasi virus terjadi di bagian lain yang bukan dijadikan target vaksin, berarti tidak masalah menggunakan vaksin yang sama meski strain virus berbeda.

"Namun jika mutasi virus terjadi di bagian yang dijadikan target vaksin, katakanlah terjadi di spike protein yang kita gunakan, maka kita harus melihat apakah mutasi tersebut benar-benar membuat vaksin (yang diciptakan) tidak efektif," ungkapnya.

Indra mengatakan, perlu studi lebih lanjut untuk menentukan bagaimana mutasi virus tersebut untuk menguji keefektifan virus. Selain itu, pertanyaan lain yang harus diuji adalah seberapa banyak strain virus yang bisa tercover oleh vaksin tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com