Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/05/2020, 16:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Para dokter di rumah sakit di Inggris dibuat bingung dengan efek virus corona yang tidak disadari oleh pasien.

Melansir The Guardian, Rabu (6/5/2020), beberapa pasien yang datang dengan positif Covid-19 tampak tidak menunjukkan rasa tertekan atau sakit, saat diketahui kadar oksigen dalam darah mereka sangat rendah.

Biasanya, dengan kadar oksigen yang rendah di bawah normal, dapat membuat seseorang hilang kesadaran atau pingsan, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Fenomena ini dikenal beberapa orang sebagai "happy hypoxia" atau banyak yang mengatakan sebagai "silent hypoxia".

Baca juga: Studi Covid-19: Virus Corona Lebih Rentan Infeksi Pria dan Obesitas

Kondisi hipoksia ini menimbulkan pertanyaan di kalangan paramedis, bagaimana virus corona ini menyerang paru-paru dan apakah ada cara yang lebih efektif untuk merawat pasien ini.

Normalnya, orang sehat memiliki saturasi oksigen minimal 95 persen. Akan tetapi, pada kasus ini, dokter melaporkan pasien dengan usia sekitar 70-80 tahunan, datang dengan kadar oksigen yang turun drastis hingga 50 persen.

"Kami melihat saturasi oksigen pada pasien-pasien Covid-19 yang datang sangat rendah, tetapi mereka tidak menyadarinya," kata Dr Jonathan Bannard-Smith, seorang konsultan dalam perawatan kritis dan anestesi di Manchester Royal Infirmary.

Dr Bannard-Smith mengatakan fenomena hipoksia ini biasanya terjadi pada orang yang terkena influenza atau pneumonia.

Baca juga: Selain Demam, Batuk, Sesak Napas, Berikut 6 Gejala Baru Virus Corona

Namun, jauh lebih mendalam dengan yang terjadi pada kasus pasien Covid-19 ini sangat abnormal dan itu terjadi di hadapan para tenaga medis.

Sementara itu, Dr Mike Charlesworth, ahli anestesi di rumah sakit Wythenshawe di Manchester mengatakan kondisi paru-paru lainnya dapat menyebabkan hipoksia parah dan pasien biasanya akan tampak sangat sakit.

"Dengan pneumonia atau emboli paru-paru, mereka tidak akan duduk diranjang dan berbicara dengan Anda," kata Dr Charlesworth.

Kendati demikian, para ahli belum dapat memahami dampak hipoksia yang terjadi akibat infeksi virus corona ini.

"Kami juga tidak tahu apakah itu (hipoksia) dapat menyebabkan kerusakan organ yang tidak dapat kami deteksi," jelas dia.

Dr. Charlesworth memiliki pengalaman pribadi tentang masalah ini saat menderita Covid-19 pada Maret lalu. Setelah merasa tidak enak badan dengan batuk dan demam, ia menghabiskan 48 jam di tempat tidur, di mana ada tanda-tanda hipoksia yang menyerangnya.

Efek hipoksia pada pasien

Ketika pasokan oksigen turun, maka jantung, otak dan organ vital lainnya akan memiliki risiko tinggi dalam keadaan berbahaya.

Efeknya dianggap kumulatif dan biasanya pasien akan kehilangan kesadaran saat saturasi oksigennya di bawah 75 persen.

Ilustrasi pneumonia atau radang paru-parubritannica.com Ilustrasi pneumonia atau radang paru-paru

Baca juga: Selain Pneumonia Wuhan, Ada 2 Jenis Virus Corona Lain yang Berbahaya

Namun, dalam kondisi ini bukan karena kadar oksigen yang menurun yang membuat seseorang seolah terengah-engah.

Sebaliknya, tubuh merasakan peningkatan kadar karbon dioksida yang biasanya terjadi secara bersamaan, karena paru-paru tidak dapat membersihkan gas dengan efisien.

Akan tetapi, dalam beberapa kasus pasien Covid-19, respon ini tampaknya tidak masuk akal.

Pembengkakan dan peradangan di paru-paru cenderung menyulitkan oksigen untuk memasuki aliran darah.

Ada juga bukti yang muncul bahwa Covid-19 dapat menyebabkan pembekuan darah.

Pembuluh di paru-paru mengumpulkan oksigen dan mentransfernya ke aliran darah yang lebih luas sangat kecil, sehingga pembuluh ini bisa mudah tersumbat oleh gumpalan kecil.

Perlunya pulse oximeter

Dalam beberapa uji klinis melihat apakah pengencer darah dapat mencegah atau mengobati komplikasi Covid-19, termasuk masalah pernapasan dan oksigen darah yang rendah.

Beberapa ahli berpendapat, karena orang-orang tidak menyadari kadar oksigen turun, mereka yang memiliki gejala virus corona baru atau hasil tes positif Covid-19 harus diberikan pulse oximeter.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Pulse Oximeter, Teknologi yang Selamatkan Pasien Corona

Namun, Dr Charlesworth menilai belum ada bukti deteksi dini hipoksia akan membantu menghindari hasil yang parah dan kepraktisan alat ini akan sulit bagi masyarakat.

Sebab, menurut dia, di tengah pandemi corona, distribusi pulse oximeter ini akan menempatkan banyak orang di jalan.

"Jadi, jika Anda berada di titik membutuhkan kadar oksigen untuk dipantau, itulah saatnya pergi ke rumah sakit," imbuh dia.

Ilustrasi pulse oximeter, alat pengukur kadar oksigen. Sejak ditemukan insinyur Jepang, perangkat medis ini telah menyelamatkan banyak nyawa, termasuk pasien corona di masa pandemi Covid-19 saat ini. Ilustrasi pulse oximeter, alat pengukur kadar oksigen. Sejak ditemukan insinyur Jepang, perangkat medis ini telah menyelamatkan banyak nyawa, termasuk pasien corona di masa pandemi Covid-19 saat ini.

Baca juga: Sembuh dari Virus Corona, Benarkah Fungsi Paru-paru Berkurang?

Pulse oximeter ini adalah alat medis sederhana yang dipasang di jari dan dapat digunakan untuk mendeteksi kadar oksigen di rumah.

Saat pandemi virus corona seperti ini, pulse oximeter dapat membantu pasien positif Covid-19 mengetahui kadar oksigen sewaktu-waktu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com