Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2020, 07:06 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, rata-rata jumlah sampah di Jakarta menurun. Akan tetapi, sampah masker dan sarung tangan sekali pakai justru meningkat.

Menanggapi hal ini, pemerintah diminta memperhatikan atau mengimbau para petugas persampahan dan juga pemulung untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja.

Hal itu disampaikan oleh Peneliti di Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ajeng Arum Sari PhD.

"Jumlah sampah masker dan sarung tangan sekali pakai yang meningkat ini bisa menjadi sumber penyakit baru," kata Ajeng dalam diskusi online bertajuk Hari Bumi: Penanganan Sampah atau Limbah Medis Terkait, Rabu (22/4/2020).

Baca juga: Pandemi Corona, Tingkat Polusi Dunia dan Indonesia Mengalami Penurunan

Data Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan  bahwa sejak penerapan imbauan bekerja dari rumah (WFH) akibat penyebaran virus corona yang semakin masif, jumlah sampah dari Jakarta menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) seperti Bantargerbang dan Bekasi mengalami penurunan hingga rata-rata mencapai 620 ton per hari.

Namun, data DLH DKI Jakarta juga menyebutkan bahwa sampah masker dan sarung tangan sekali pakai mengalami peningkatan di tengah pandemi Covid-19.

Ajeng juga mengatakan bahwa meski jumlah sampah di DKI Jakarta menurun, ada kemungkinan jumlah sampah di wilayah penyangga lainnya meningkat, khususnya sampah rumah tangga.

Masker dan sarung tangan sekali pakai, misalnya. Meski biasanya hanya digunakan di fasilitas kesehatan, saat ini masker dan sarung tangan sekali pakai banyak dipakai di tingkat rumah tangga.

Baca juga: Virus Corona dan Kelelawar, Berevolusi Bersama Selama Jutaan Tahun

Peningkatan masker dan sarung tangan sekali pakai ini menjadi risiko bagi orang-orang yang pekerjaannya berkontak langsung  dengan sampah.

Pasalnya, tidak diketahui apakah sampah masker dan sarung tangan tersebut berasal dari Orang Dalam Pemantauan (ODP) ataupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP), sementara virus corona diketahui bisa menempel pada benda-benda hingga berhari-hari dan menimbulkan risiko infeksi.

Untuk diketahui, setidaknya ada sekitar 300.000 petugas persampahan dan 600.000 pemulung yang tetap bertugas mengangkut sampah di tengah pandemi corona.

Dalam persoalan ini, para petugas persampahan dan kebersihan ini menjadi orang yang rentan terinfeksi virus corona, dan seharusnya dilengkapi dengan APD.

Baca juga: Komet Atlas, Lintang Kemukus yang Telah Betas di Tengah Pandemi Corona

Hal ini dianggap perlu karena, tumpukan sampah tersebut tidak diketahui apakah sampah yang akan mereka sentuh adalah bekas dari

"Kalau ODP atau PDP tidak menjaga sampah tisunya atau bekas maskernya, kan kasihan pemulung atau petugas persampahan itu," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com