Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/04/2020, 16:30 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Para ahli kembali menemukan sisi positif dari pandemi virus corona atau Covid-19. Selain mengurangi penolakan terhadap vaksin dan menurunkan polusi udara global, pandemi ini ternyata juga mengurangi getaran di muka bumi.

Dilansir dari CNN, Jumat (3/4/2020); para pakar seismologi di seluruh dunia mendapati adanya pengurangan kebisingan seismik (seismic noise) selama sebulan terakhir ini.

Kebisingan seismik, dijelaskan oleh Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, disebabkan oleh getaran-getaran kecil (mikroseismik) artifisial yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, seperti aktivitas pabrik dan kendaraan.

Nah, berkat adanya kebijakan social distancing untuk menekan penyebaran virus corona, getaran-getaran kecil artifisial di muka bumi ini pun berkurang dan kebisingan seismik menurun.

Baca juga: Berkat Virus Corona, Udara Dunia Terbukti Lebih Bersih dan Minim Polusi

Dari Belgia sampai Indonesia

Berkurangnya kebisingan seismik ini pertama kali dibahas oleh Thomas Lecocq, seorang pakar geologi dan seismologi dari Observatorium Royal di Belgia.

Lecocq berkata bahwa sejak diterapkannya social distancing dengan menutup sekolah dan usaha di Belgia pada pertengahan Maret, kebisingan seismik di Brussel mengalami penurunan sebanyak 30-50 persen.

Tingkat kebisingan ini setara dengan apa yang biasa ditemukan oleh para pakar seismologi pada hari natal.

Berkat pengurangan kebisingan ini, Lecocq dan para pakar seismologi di Belgia menjadi lebih mampu mendeteksi gempa atau kejadian seismik kecil yang biasanya tidak terdeteksi di stasiun-stasiun seismik tertentu.

Baca juga: Lebih Banyak dari Februari, Selama Maret Indonesia Diguncang 965 Gempa

Stasiun seismik di Brussel, misalnya. Lecocq berkata bahwa pada hari biasa, stasiun yang dibangun lebih dari seabad lalu di tengah kota ini nyaris tak berguna karena terganggu oleh kebisingan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.

Para pakar Belgia bahkan harus mengandalkan stasiun lain yang memanfaatkan pipa di bawah tanah untuk memonitor aktivitas seismik di area Brussel.

Namun, Lecocq kini menilai bahwa untuk saat ini, stasiun seismik Brussel hampir sama baiknya dengan stasiun yang menggunakan pipa bawah tanah.

Efek ini juga dirasakan oleh pakar seismologi Paula Koelemijer di London, Inggris, Celeste Labedz di Los Angeles, Amerika Serikat dan BMKG di Indonesia.

Baca juga: Kajian BMKG-UGM, Cuaca dan Iklim Memang Pengaruh pada Wabah Corona, tapi...

Diwawancarai oleh Kompas.com via pesan singkat, Sabtu (4/4/2020); Daryono berkata bahwa seismik yang bersumber dari aktivitas manusia memang didapati berkurang karena banyak kota besar yang penduduknya mengurangi aktvitas.

Hal ini memang tidak memengaruhi seismik yang bersumber dari gempa atau sumber-sumber Bumi lainnya (endogen), karena gempa masih terjadi di indonesia puluhan kali dalam sehari dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman.

Akan tetapi, berkurangnya kebisingan seismik membantu para pakar di BMKG dalam membaca gelombang gempa. Sebab, gelombang, khususnya yang bersumber dekat kota, menjadi relatif lebih jelas.

"Kita makin jelas baca gelombang gempanya karena noise-nya berkurang," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com