Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2020, 18:36 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Wacana lockdown semakin menguat dengan semakin meningkatnya jumlah kasus positif virus corona dan kematian yang diakibatkannya di Indonesia. Bahkan, tagar #Indonesia_LockdownPlease menjadi trend di Twitter.

Wacana ini jelas menimbulkan pro kontra. Ada yang menganggap bahwa lockdown terlalu ekstrem, sementara lainnya berpendapat bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan virus corona.

Namun, seperti yang disampaikan oleh Dian Saminarsih, Senior Advisor on Gender and Youth to the WHO DG, dalam seminar online bertajuk "Peran Masyarakat Sipil Hadapi Covid-19" yang diadakan oleh Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Kamis (19/3/2020); lockdown bukan shut down (menutup total).

Menurut Dian yang saat ini sedang berada di Jenewa, Swiss dan mengalami lockdown; lockdown bisa dilakukan dalam skala berbeda-beda, tidak drastis dan tergantung dari protokol yang ditetapkan oleh pemerintah.

Baca juga: Dari SARS-CoV-2 sampai Lockdown, Ini Istilah Populer tentang Covid-19

"Lockdown itu bukan berarti harus secara nasional, bahkan dalam lingkup kelurahan, kecamatan, atau sekitar rumah sakit, hal itu bisa dilakukan," ujarnya.

Pasalnya, tujuan utama dari pemberlakuan lockdown adalah memutus mata rantai persebaran virus dan memperlambat laju kenaikan kurva epidemiologis.

Dengan kata lain, untuk memberi waktu bagi sistem kesehatan kita untuk bisa menampung semua orang yang membutuhkan perawatan.

Ketika lockdown dilakukan, rumah sakit, supermarket dan layanan penting lainnya akan tetap dibuka. Malah untuk Indonesia, Dian berkata bahwa pasar basah masih bisa dibuka dengan pengaturan tertentu.

Baca juga: Wabah Virus Corona, Pakar Nilai Indonesia Tidak Perlu Lockdown tapi...

"Kalau di sini, saya rasa pasar basah sudah jelas ditutup. Tapi ada kontekstual dari tiap negara yg harus dipakai dalam penentuan iya atau tidak lockdown," imbuhnya.

Dalam menentukan lockdown, yang paling penting adalah ketersediaan data, misalnya memetakan di mana saja persebaran kasus virus corona di Indonesia dan wilayah mana yang memiliki jumlah kasus terbanyak.

Wilayah dengan jumlah kasus terbanyak inilah yang menurut Dian, harus didahulukan untuk lockdown.

Dia mengatakan, jadi harus melihatnya ke dalam disagregasi yang sangat hampir detail jadinya, karena bisa jadi satu wilayah itu tidak lockdown tapi ada pembatasan pergerakan.

Sementara itu, dikarenakan virus corona, sudah banyak negara yang melaksanakan lockdown dalam berbagai skala. Negara-negara ini termasuk China, Malaysia, Italia, Spanyol, Perancis, Denmark, Irlandia, Belgia Belanda dan Belgia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com