Lebih lanjut lagi, Carter menyebutkan belum menemukan alasan mengapa induk babun membersihkan mulut bayi yang sudah mati.
Namun menurutnya, perawatan mayat post-mortem itu termasuk perawatan penting.
Baca juga: Serba serbi Hewan: Ini Aye-aye, Primata Teraneh yang Punya 2 Jempol
Pengamatan ini pun menambah kumpulan literatur mengenai thanatologi primata, studi tentang kematian dan praktik terkait tentang itu. Peneliti pun meminta supaya peneliti lain juga memberikan laporan terperinci tentang bagaimana primata menghadapi kematian, sehingga perilaku yang lebih spesifik dapat diidentifikasi.
"Saya benar-benar akan terus mempelajari mengapa primata menggendong bayi mereka yang mati dengan begitu dapat memberi tahu kita mengenai evolusi primata," kata Carter, seperti dikutip dari Newsweek, Selasa, (10/3/2020).
Sementara itu André Gonçalves dari Kyoto University's Primate Research Institute yang tidak terlibat penelitian ini menyebut masih banyak hal yang belum terjawab dari perilaku dari babun tersebut.
"Apakah babun menghibur seperti yang dilakukan pada simpanse, apakah induk babun hanya termotivasi untuk membawa bayi yang mati sebagai ekspresi kesedihan? Ini sesuatu yang harus dicari dalam penelitian di masa depan," ungkapnya.
Studi ini dipublikasikan di Royal Society Open Science.