KOMPAS.com – Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof Dr Sulianti Saroso yang berlokasi di Sunter, Jakarta Utara, menjadi salah satu rumah sakit rujukan nasional untuk kasus Covid-19.
Selain itu, dua rumah sakit rujukan nasional lainnya adalah RS Persahabatan di Jakarta Timur dan RS Gatot Subroto di Jakarta Pusat.
Dipilihnya tiga rumah sakit rujukan nasional tersebut bukanlah karena fasilitas dan penanganan medisnya yang lebih baik, melainkan kemampuannya melakukan outreach alias penjangkauan ke banyak tempat tanpa mengganggu jalannya fasilitas kesehatan (faskes).
Baca juga: Update Virus Corona 8 Maret: 103 Negara Terinfeksi, 60.192 Sembuh
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto.
“(Rumah sakit) rujukan nasional bukan berarti fasilitasnya yang paling hebat, namun dimaknai sebagai rumah sakit yang disiapkan untuk mampu melakukan outreach tanpa mengganggu keberlangsungan faskes dirinya,” tutur Yuri saat acara temu media dan WHO beberapa waktu lalu.
Baca juga: WHO Peringatkan, Uang Kertas Mungkin Dapat Menyebarkan Virus Corona
Juru bicara untuk penanganan dan pencegahan Covid-19 tersebut menjelaskan, salah satu contoh outreach yang dilakukan RSPI Sulianti Saroso yaitu mengecek para Anak Buah Kapal (ABK) di Pulau Sebaru beberapa waktu lalu.
“Sama halnya RS Persahabatan yang mem-back up dalam rangka monitoring Diamond Cruise,” lanjutnya.
Apakah semua pasien Covid-19 harus dirawat di rumah sakit rujukan nasional? Yuri menjelaskan bahwa hal tersebut tidak benar.
“Tidak efektif kalau semua pasien di bawa ke situ (RS rujukan nasional). Indonesia sangat luas,” tuturnya.
Oleh karena itu, pemerintah menunjuk (saat ini) 137 rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca juga: Cegah Covid-19, Apa Bedanya Self Monitoring dan Self Isolation?
“Dari segi laboratorium memang hanya milik Litbangkes Kemenkes, UNAIR, dan Lembaga Eijkman. Tapi fasilitasnya bisa dimiliki oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL),” tambah ia.
Lewat BBTKL yang ada di seluruh Indonesia, Yuri berharap, pasien suspek Covid-19 bisa periksa lab.
“Tadi bertemu dengan kepala BBTKL, sekarang sedang dikerjakan,” tambahnya.
Sampai saat ini, ada 8 rumah sakit rujukan bagi pasien suspek Covid-19 di Jakarta. Untuk seluruh Indonesia, total ada 137 rumah sakit yang menjadi rujukan pasien suspek Covid-19.
Yuri menyebutkan, penunjukan rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 dilakukan berdasarkan kasus SARS dan wabah flu burung pada 2002.
“Rumah sakit-rumah sakit ini dicek ulang kesiapannya untuk menangani Covid-19. Beberapa rumah sakit masih siap, dan beberapa lainnya belum siap,” tutur Yuri.
Baca juga: Cegah Corona dengan Tak Menyentuh Wajah, tapi Kenapa Sulit Dilakukan?
Ia menjelaskan ada tiga variabel yang menunjukkan kesiapan rumah sakit dalam menangani Covid-19. Pertama adalah SOP.
“SOP-nya apakah sudah hilang, atau belum update, segera dilakukan perbaikan,” tuturnya.
Kedua adalah tenaga medis terlatih. Yuri menyebutkan bahwa banyak tenaga medis yang lupa akan pelatihan-pelatihan yang dulu pernah diterapkan saat SARS dan flu burung.
Baca juga: Cuci Tangan Lebih Efektif Cegah Corona Dibanding Hand Sanitizer, Ini Buktinya
“Meski pelatihan ini sebenarnya sangat mendasar ya, bukan hal yag baru. Secara medis kan masalah pernapasan sama saja penanganannya,” tambah ia.
Variabel ketiga adalah hardware atau fasilitas, salah satunya ruang isolasi.
“Seluruh sistem diperbaiki sambil jalan, kita harus merespon dengan cepat,” tambah ia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.