Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Baru Ungkap Mengapa Anjing Mengibaskan Ekornya

KOMPAS.com - Setelah ribuan tahun hidup bersama dengan anjing peliharaan, masih banyak hal ternyata yang belum sepenuhnya kita pahami.

Salah satunya adalah mengapa hewan berbulu itu mengibaskan ekornya.

Untuk mengetahuinya mengapa perilaku itu bisa muncul, sebuah studi baru dilakukan.

Mengibaskan ekornya

Mengutip IFL Science, Kamis (18/1/2024) secara umum diyakini bahwa anjing mengibaskan ekornya ketika mereka sedang senang.

Namun literatur ilmiah tidak selalu mendukung hal ini.

Misalnya, setelah meninjau lebih dari 100 penelitian, peneliti menemukan bukti yang menunjukkan bahwa anjing yang agresif lebih sering mengibaskan ekornya daripada yang jinak.

Hasil itu berlawanan dengan kepercayaan umum yang mengubungkan ekor bergoyang dengan perilaku positif pada anjing.

Penelitian lain menemukan pula bahwa anjing mengibaskan ekornya ketika dihadapkan dengan benda acak seperti kipas angin atau kantong plastik.

Menggoyangkan ekor dalam situasi ini dianggap menunjukkan emosi positif dan/atau gairah tinggi, tetapi bukan rasa takut atau stres.

Pada kesempatan lain, anjing peliharaan terlihat bergoyang-goyang ketika ingin diberi makan, menunjukkan bahwa perilaku tersebut juga dapat berfungsi sebagai sinyal permintaan.

Dihadapkan dengan data yang bervariasi dan kontradiktif tentang goyangann ekor, peneliti studi akhirnya tidak dapat menarik kesimpulan pasti tentang mengapa anjing begitu mudah menggoyangkan ekornya.

Namun, peneliti mengajukan dua hipotesis.

Hipotesis mengapa anjing mengibaskan ekor

Hipotesis ini disebut sebagai hipotesis sindrom domestikasi dan menyatakan bahwa perilaku mengibaskan ekor mungkin muncul sebagai produk sampingan yang tidak sengaja dari seleksi manusia terhadap sifat-sifat lainnya.

Untuk mendukung hal ini, peneliti merujuk pada penelitian yang dilakukan pada rubah perak yang dibiakkan menjadi semakin jinak selama 40 generasi.

"Rubah jinak menunjukkan perilaku mengibaskan ekor seperti anjing dan memiliki ekor yang lebih melengkung," tulis para peneliti.

Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya hubungan genetik antara seleksi untuk kejinakan dan anatomi ekor yang mengisyaratkan adanya hubungan sejenis pula pada anjing peliharaan.

Hipotesis lain adalah perilaku mengibaskan ekor mungkin menjadi salah satu target dari proses domestikasi, di mana manusia secara tidak sadar memilih anjing yang lebih sering menghibaskan ekornya dan berpotensi lebih berirama.

"Kami menyebutkan hipotesis goyangan ritme yang dijinakkan," tulis peneliti lagi.

Meskipun sangat spekulatif dan belum terbukti, teori ini didasarkan pada penelitian ilmu saraf kognitif yang menunjukkan bahwa otak manusia memiliki preferensi alami terhadap rangsangan ritmis.

"Kecenderungan ritme ini dapat mendorong seleksi manusia terhadap anjing dan dapat menjelaskan mengapa anjing begitu sering menunjukkannya dalam interaksi manusia-anjing," papar peneliti menyimpulkan.

Hipotesis ini tidak didukung oleh bukti yang kuat sehinga peneliti berharap ada penelitian lebih rinci untuk melacak pergerakan ekor anjing dalam berbagai situasi dan memantau aktivitas otak yang terkait dengan goyangan ekor.

Studi dipublikasikan di jurnal Biology Letters.

https://www.kompas.com/sains/read/2024/01/21/110000223/studi-baru-ungkap-mengapa-anjing-mengibaskan-ekornya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke