Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akankah Ada Kebun Raya Mangrove Indonesia di IKN?

Oleh : Istiana Prihatini

SAAT ini Indonesia memiliki 5 Kebun Raya (KR) nasional, yaitu KR Bogor, KR Cibodas, KR Cibinong, KR Eka Karya Bali dan KR Purwodadi, yang dikelola oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Selain itu ada 42 kebun raya daerah seperti KR Balikpapan, KR Baturaden, KR Sriwijaya, KR Padang dan KR Manokwari yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Semua kebun raya yang ada saat ini mewakili ekosistem hutan pada daerah terrestrial/daratan, kecuali satu kebun raya mangrove di Surabaya.

Pada pertengahan tahun 2022, ketika pembangunan infrastruktur di IKN sedang dimulai, sekelompok peneliti dari Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) melakukan eksplorasi hutan mangrove di sekitar IKN, dengan dukungan dari Deputi Fasilitasi Riset Indonesia (DFRI), BRIN, melalui skema Pendanaan Ekspedisi dan Eksplorasi (PEE).

Kegiatan tersebut difokuskan pada penelusuran hutan mangrove melalui jalur air di Teluk Balikpapan, dimulai dari Sungai Sepaku hingga mencapai muara Teluk Balikpapan.

Penelusuran juga dilakukan pada anak-anak sungai yang ada di Teluk Balikpapan, baik di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara maupun di kota Balikpapan.

Pada kegiatan eksplorasi tersebut ditemukan setidaknya 20 jenis mangrove sejati di Teluk Balikpapan, sedangkan eksplorasi pada tahun yang sama di Delta Mahakam menemukan jumlah jenis yang lebih sedikit.

Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar daerah pesisir di Delta Mahakam telah didominasi oleh area pertambangan dan tambak.

Semua jenis mangrove yang ditemukan telah diidentifikasi secara morfologi, namun sedang dalam proses konfirmasi dengan teknologi molekuler (barcoding DNA).

Pada eksplorasi di Teluk Balikpapan tersebut, ditemukan satu jenis mangrove dalam status konservasi terancam punah (endangered/EN) dalam daftar merah/red list dari IUCN (International Union for Conservation of Nature).

Jenis tersebut juga merupakan salah satu dari dua jenis tumbuhan mangrove yang dilindungi di Indonesia, seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua atas PerMENLHK nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Selain jenis yang dilindungi tersebut, Teluk Balikpapan juga menyimpan potensi beberapa jenis mangrove dalam status konservasi hampir terancam (nearly threatened /NT) dan status least concern/LC sesuai dengan standar IUCN.

Status LC merupakan status konservasi yang terendah dalam daftar merah IUCN, dan tidak memiliki resiko terancam punah dalam waktu dekat, namun adanya ancaman lokal misalnya pembangunan wilayah pada populasi alaminya akan menyebabkan hilangannya potensi genetik dari populasi tersebut.

Saat ini penelitian tentang keragaman genetik populasi tumbuhan mangrove belum banyak dilakukan, beberapa penelitian tentang keragaman genetik populasi baru terbatas pada jenis tertentu misalnya Rhizophora mucronata, Ceriops tagal dan beberapa spesies Sonneratia, serta terbatas pada jumlah populasi yang kecil.

Hal ini menyebabkan potensi genetik dari berbagai populasi dari jenis-jenis mangrove Indonesia yang tersebar dalam beberapa wilayah belum diketahui.

Selain konservasi jenis, konservasi genetik juga merupakan hal yang penting dilakukan terutama untuk mencegah hilangnya karakter genetik yang unik yang dimiliki oleh populasi tertentu serta untuk menjaga agar keanekaragaman genetik tetap tinggi.

Hal tersebut akan diperlukan dalam proses bertahan hidup dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Pelestarian sifat-sifat genetik yang tinggi juga akan bermanfaat dalam pengembangan jenis-jenis tumbuhan mangrove dimasa depan.

Tumbuhan mangrove memiliki keunikan tersendiri yaitu dengan kemampuannya untuk hidup di daerah pasang surut serta daerah dengan kadar garam yang tinggi dan hanya beberapa jenis yang mampu tumbuh di daerah tersebut.

Philip Barry Tomlinson menyebutkan bahwa jumlah species mangrove sejati di dunia sebanyak 54 species, sedangkan menurut Yus Rusila Noor pada bukunya “Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia”, Indonesia memiliki 43 spesies mangrove sejati, dari 202 jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove.

Hutan mangrove diketahui memiliki manfaat yang sangat besar dalam menjaga lingkungan pesisir dari kerusakan, menjaga biota air dengan menyediakan sumber pangan, tempat hidup dan tempat berlindung dari pemangsanya.

Hutan mangrove juga merupakan habitat hidup berbagai macam fauna, termasuk fauna endemik Borneo yang dilindungi yaitu bekantan, seperti yang diungkapkan oleh Tri Atmoko pada penelitian yang dilakukannya di Teluk Balikpapan.

Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa hutan mangrove mampu penyimpanan karbon yang cukup tinggi. Banyaknya manfaat hutan mangrove menjadi sebab perlunya menjaga kelestariannya ekosistemnya.

Kebun raya mangrove pertama kali dibangun di Thailand pada tahun 2018 dengan menanam tiga jenis mangrove yang terancam punah (Aegialitis rotundifolia, Heritiera fomes and Kandelia candel).

Malaysia juga sudah merancang pembangunan botanical garden sejak tahun 2005 yang diinisiasi dengan pembangunan persemaian di Kuala Selangor Nature Park dengan fokus penyelamatan beberapa jenis mangrove langka serta beberapa jenis lain yang keberadaannya mulai langka di Malaysia.

Kebun raya mangrove pertama di Indonesia ada di kota Surabaya dengan jumlah koleksi sekitar 25 jenis mangrove sejati dan 45 jenis mangrove asosiasi.

Saat ini telah ada beberapa pusat mangrove yang didirikan di beberapa daerah untuk menyiapkan pembibitan bagi upaya penanaman kembali hutan mangrove, namun umumnya hanya mengandalkan jenis-jenis tertentu saja yang ada disekitarnya atau jenis-jenis yang mudah tumbuh.

Kebutuhan akan habitat yang spesifik bagi tumbuhan mangrove, seperti struktur tanah, kadar garam dan kondisi pasang surut, yang berbeda menyebabkan tidak semua jenis mangrove dapat tumbuh di daerah pesisir Indonesia.

Ekosistem hutan mangrove Indonesia di bagian barat berbeda dengan Indonesia bagian timur hal ini disebabkan karena perbedaan iklim, jenis tanah dan komposisi jenis yang berbeda.

Setiap wilayah memiliki komposisi jenis mangrove yang berbeda, namun beberapa jenis mangrove yang banyak dijumapai di Sulawesi maupun Papua juga dapat dijumpai juga di Teluk Balikpapan, meskipun tidak sebagai jenis yang dominan.

Dengan beberapa alasan tersebut rasanya cukup layak untuk mempertimbangkan adanya kebun raya mangrove sebagai kawasan untuk pengelolaan jenis-jenis tumbuhan mangrove dari wilayah Indonesia bagian Timur, misalnya di Teluk Balikpapan.

Kawasan pesisir di Teluk Balikpapan saat ini mengalami perkembangan yang luar biasa cepat dalam rangka pembangunan IKN, namun adanya komitmen pemerintah untuk menerapkan konsep green smart city, dalam pembangunannya IKN, memberikan harapan bagi upaya pelestarian hutan di daratan maupun pesisir.

Pembangunan kebun raya merupakan hal yang tidak mudah, karena harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden No 93 Tahun 2011 dan Peraturan LIPI No 4 Tahun 2019, namun kesulitan-kesulitan tersebut diharapkan dapat diatasi demi menjaga kelestarian sumber daya genetik pada hutan mangrove, khususnya jenis-jenis yang ada di Indonesia.

Setidaknya untuk saat ini dapat diinisiasi dengan pembuatan persemaian hutan mangrove untuk melindungi keragaman jenis dan keragaman genetik tumbuhan mangrove hasil koleksi dari seluruh Indonesia termasuk jenis mangrove langka dan terancam punah.

Istiana Prihatini
Peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan (KTKRK) dan Ketua Tim Ekspedisi dan Eksplorasi Mangrove di IKN tahun 2022

https://www.kompas.com/sains/read/2023/07/16/080000023/akankah-ada-kebun-raya-mangrove-indonesia-di-ikn-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke