Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Merapi Tak Pernah Ingkar Janji

Oleh: Dr. Sutomo, S.Hut., M.Sc.

MERAPI sebagai salah satu gunung api paling aktif saat ini di Indonesia memang tak pernah ingkar janji. Sabtu, 11 Maret 2023, Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah ini kembali erupsi.

Sebagaimana dilansir oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) di akun Instagramnya yaitu @bpptkg, “terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi pada tanggal 11 Maret 2023 pukul 12.12. WIB ke arah Kali Bebeng/Krasak”.

Nama 'Merapi' berasal dari kata Jawa 'Meru' (gunung) dan 'Api' (api). Merapi adalah gunung api stratovolcano dengan puncak kubah lava aktif. Gunung Merapi terletak kurang lebih 3o km di utara Yogyakarta, sebuah kota dengan populasi penduduk sebanyak 3,7 juta jiwa.

Sebagaimana dapat ditelusuri pada laman https://magma.esdm.go.id disebutkan “Indonesia memiliki jumlah gunung api aktif sebanyak 127, terbanyak di dunia.”

Dunia kelimuan gunung api telah banyak “belajar” dari Indonesia, salah satunya adalah penggunaan istilah “lahar” sebagai kata internasional dan tipe erupsi gunung api di dunia salah satunya adalah “Merapi type eruption”.

Tahukah anda bahwa kata “lahar” telah diadopsi menjadi salah satu kata resmi yang digunakan di dalam istilah keilmuan gunung api?

Kemudian karena karakteristik letusannya yang spesifik, Gunung Merapi pun menjadi acuan untuk mengklasifikasikan berbagai tipe letusan efusif gunung api di dunia yang disebut Tipe Erupsi Merapi.

Nuées ardentes dikenal di kalangan masyarakat lokal Gunung Merapi di Yogyakarta sebagai 'Wedhus Gembel', yang secara harfiah berarti 'domba berlari turun dari gunung'.

Nuèe ardente (Bahasa Prancis untuk "awan bercahaya") adalah "pergerakan cepat dari gas turbulen yang sangat panas (seringkali lebih dari 700 derajat C) dan material fragmen melintasi permukaan tanah dari lubang vulkanik.

Bagian basal yang lebih padat dari aliran piroklastik memeluk tanah dan mengikuti topografi, bergerak dengan kekuatan dan kecepatan yang besar (hingga 200 km/jam)” (Dale et al. 2005).

Merapi memiliki karakteristik nuèes ardentes atau aliran piroklastik yang berbeda dibandingkan dengan gunung berapi lainnya, dan telah menjadi gunung api referensi untuk nuèes ardentes, yang dikenal sebagai 'tipe Merapi'.

Nuèes ardentes Merapi adalah produk dari kubah lava yang runtuh di puncak. Di nuèes ardentes tipe Merapi, gravitasi memainkan peran penting.

Di gunung berapi lain, seperti Mt. St. Helens di AS, nuées ardentes tidak berasal dari kubah lava yang runtuh, melainkan disemburkan keluar dari lubang samping gunung karena aktivitas vulkanik yang meningkat.

Pertumbuhan kubah terus berlangsung, dan posisi topografi kubah 'baru' ini menentukan apakah, di mana, dan kapan ia akan runtuh.

Meskipun nuées ardentes biasanya turun di sepanjang permukaan tanah, nuees ardentes juga mampu bergerak menanjak, melompati punggung bukit, dan menjauh dari kawah gunung berapi.

Nuèe ardente tahun 1994 di Gunung Merapi bergerak 6,5 kilometer selatan-barat daya dan mengendapkan sekitar 2,5–3 juta meter kubik material. Nuées ardentes pada tahun 2006 juga terjadi.

Pada tanggal 4 Juni 2006, sayap “Geger boyo” di Kaliadem (Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta) runtuh dan nuées ardentes terjadi hingga 14 Juni.

Alirannya bergerak menuruni lereng melalui Kali Gendol (kawasan Kaliadem), dan menghancurkan semua tumbuhan dan bangunan yang dilaluinya.

“Janji” Merapi

Ibarat janji untuk bertemu, Merapi dengan erupsi-erupsinya telah terpantau dan terlihat seakan-akan membuat ‘pola’. Gunung Merapi telah dilaporkan sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dengan 83 kali letusan yang tercatat.

Oleh karena itu, Gunung Merapi adalah gunung berapi yang paling sering meletus di Indonesia, dengan nuées ardentes kecil dan sering terjadi di antara letusan besar yang jarang terjadi. Gunung Merapi memiliki interval letusan yang bervariasi.

Letusan kecil terjadi dengan selang waktu 2-5 tahun, letusan skala sedang terjadi setiap 7-10 tahun (MVO 2006) dan letusan eksplosif besar biasanya terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall et al. 2000). Gunung Merapi telah menjadi salah satu gunung api Indonesia yang paling banyak dipantau.

Dr. Sutomo, S.Hut., M.Sc.
Peneliti senior Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2023/04/05/150000423/merapi-tak-pernah-ingkar-janji

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke