Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Virus Kuno dari Permafrost yang Dihidupkan Lagi Berbahaya?

KOMPAS.com - Virus kuno ditemukan di lapisan tanah beku atau permafrost di Siberia oleh sekelompok peneliti, mencoba dihidupkan kembali.

Penemuan virus kuno ini dilakukan oleh sekelompok ilmuwan iklim dari Perancis, Rusia dan Jerman. Virus tersebut diketahui tidak aktif selama puluhan ribu tahun.

Dilansir dari Phys, Rabu (15/3/2023), menindaklanjuti temuan itu, para ilmuwan ini mengungkapkan telah mengaktifkan lagi virus tersebut.

Mereka mengumpulkan beberapa spesimen virus raksasa dari permafrost di Siberia dan mengujinya untuk melihat apakah patogen ini dapat menginfeksi makhluk modern.

Peneliti pun menemukan hal yang mengejutkan, bahwa virus kuno tersebut masih dapat menginfeksi amoeba modern saat dihidupkan lagi. Laporan studi ini pun telah dipublikasikan di situs terbuka Viruses.

Sebelumnya, para peneliti mengatakan bahwa permafrost adalah bahan pengawet yang sangat baik.

Selain virus, telah banyak bangkai hewan yang beku yang telah punah terawetkan dengan baik, bahkan sebagian besar banyak ditemukan di Belahan Bumi Utara.

Dalam sebuah studi yang sebelumnya dilakukan, peneliti menunjukkan bahwa benih tanaman yang terbengkalai di permafrost dapat distimulasi untuk dapat tumbuh kembali.

Bukti lain tentang seberapa baik permafrost mengawetkan organisme juga menunjukkan bahwa virus dan bakteri yang terperangkap di tanah beku ini masih dapat menginfeksi inang jika dihidupkan kembali.

Ancaman virus kuno dengan mencairnya permafrost

Studi yang mereka lakukan adalah menindaklanjuti temuan pada 2014 yang menunjukkan virus berusia 30.000 tahun dapat dihidupkan kembali, dan ternyata setelah dianalisis, virus tersebut dapat menular.

Selanjutnya, virus kuno lainnya yang ditemukan 2015, dihidupkan lagi dan dibiarkan menginfeksi amoeba.

Dalam upaya baru tersebut, tim juga mengumpulkan beberapa spesimen virus dari berbagai situs permafrost di seluruh Siberia untuk diuji di laboratorium.

Tim peneliti hanya mengumpulkan spesies virus raksasa dan hanya yang dapat menginfeksi amoeba, bukan manusia atau makhluk lain, untuk alasan keamanan.

Saat menghidupkan kembali sampel virus, tim menemukan bahwa mereka masih mampu menginfeksi amoeba.

Selain itu, ditemukan juga melalui penanggalan radiokarbon dari permafrost tempat mereka ditemukan, bahwa virus tersebut telah berada dalam keadaan tidak aktif selama antara 27.000 dan 48.500 tahun.

Berdasarkan studi ini, peneliti pun menyarankan bahwa temuan ini mengisyaratkan masalah yang jauh lebih besar dari ditemukannya virus-virus kuno yang masih bisa hidup kembali setelah terjebak dalam permafrost.

Saat planet menghangat dan permafrost mencair, maka akan ada potensi munculnya virus yang mampu menginfeksi manusia.

Ancaman tersebut bukan fiksi ilmiah atau isapan jempol belaka, sebab sebelumnya peneliti juga menemukan virus influenza dalam sampel paru-paru seorang wanita yang meninggal di Alaska selama pandemi flu tahun 1918.

Tim ilmuwan lain pun juga melaporkan telah menemukan virus yang berkaitan dengan infeksi cacar kuno pada mumi wanita yang ditemukan di Siberia dan virus itu telah berada di sana selama 300 tahun.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/03/15/071000623/apakah-virus-kuno-dari-permafrost-yang-dihidupkan-lagi-berbahaya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke