Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Lie Detector yang Jadi Alat Pendeteksi Kebohongan

KOMPAS.com - Tahukah Anda, dulu masyarakat menggunakan cara unik untuk mengetahui kebohongan seseorang, yakni dengan sebutir nasi. Bentuk awal pendeteksi kebohongan ini, ternyata menjadi bagian sejarah penemuan lie detector.

Untuk mengetahui seseorang berkata bohong atau jujur, tentu tidaklah mudah. Sejarah mencatat, pada 2.000 tahun yang lalu, orang-orang di India menggunakan cara unik untuk mendeteksi kebohongan seseorang.

Cara mendeteksi orang sedang berbohong, masyarakat India akan memasukkan sebutir nasi ke mulut orang yang dituduh berbohong, dikutip dari Smithsonian, edisi 1 Februari 2007.

Lantas, bagaimana mengetahui orang sedang bohong atau jujur dengan sebutir nasi tersebut?

Jika nasi itu berhasil dimuntahkan, maka orang tersebut dianggap berkata jujur.

Akan tetapi, apabila orang yang dituduh berbohong itu tidak bisa memuntahkan sebutir nasi itu, itu berarti ketakutan akan menjebaknya dan membuat tenggorokannya kering, hingga kebohongan pun terbukti.

Sejarah alat lie detector dan poligraf

Kisah sederhana dari masyarakat India ini, menjadi cikal bakal penemuan lie detector. Sejarah lie detector atau alat pendeteksi kebohongan ini juga tidak terlepas dari ditemukannya poligraf.

Penemuan poligraf telah berkontribusi dan memberikan perubahan besar yang mendorong kemajuan di bidang forensik di dunia.

Sejarah penemuan lie detector ini dimulai dari ditemukannya mesin poligraf pada tahun 1921 di Berkeley, California,

Dilansir dari BBC News, edisi 21 Mei 2013, mesin pertama lie detector ini diciptakan oleh petugas kepolisian Berkeley, John Larson.

Alat pendeteksi kebohongan atau lie detector tersebut didasarkan pada tes tekanan darah sistolik yang dikembangkan psikolog Harvard, William Mouton Marston, yang kemudian dikenal sebagai mesin poligraf.

Dasar mekanisme kerja mesin poligraf sebagai alat pendeteksi kebohongan, menurut Marston adalah perubahan tekanan darah.

Ia meyakini bahwa perubahan tekanan darah seseorang dapat menunjukkan apakah orang itu sedang berbohong atau tidak.

Sementara itu, poligraf modern tak hanya mengukur tekanan darah, tetapi juga mengukur berbagai perubahan fisik seperti denyut nadi dan pernapasan.

Kendati menjadi penemuan yang luar biasa bagi dunia, namun perjalanan sejarah lie detector tak serta merta berjalan lancar.

Sebab, sejak ditemukannya mesin poligraf, penemuan ini terus menarik minat kalangan ilmiah.

Lie detector pertama pun harus menemui berbagai kendala saat digunakan sebagai alat untuk membuktikan kebohongan seseorang di ruang sidang.

Penggunaan lie detector dan hasil yang dikeluarkan selalu melahirkan polemik, serta pro-kontra di dalam persidangan.

Karena kredibilitas poligraf terus dupertanyakan dan ditantang setiap kali digunakan untuk memeriksa pelaku kejahatan.

Bahkan, pada tahun 1923, keputusan Mahkamah Agung, Fyre v Amerika Serikat, memutuskan bahwa bukti ilmiah, seperti yang diperoleh melalui poligraf, hanya dapat diterima jika "cukup ditetapkan untuk memperoleh penerimaan umum" oleh komunitas ilmiah.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/12/20/080000723/sejarah-lie-detector-yang-jadi-alat-pendeteksi-kebohongan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke