Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyakit Sifilis, Kenali Gejala dan Tahapan Penyakitnya

WebMD menuliskan, penyakit sifilis bisa menyebabkan masalah jangka panjang serius seperti radang sendi, kerusakan otak, dan kebutaan.

Selain melalui hubungan seksual, bakteri sifilis bisa menginfeksi orang lain melalui luka di kulit atau selaput lendir.

Penyakit sifilis tidak bisa ditularkan melalui dudukan toilet, kolam renang, gagang pintu, bak mandi, maupun berbagi peralatan makan.

Gejala sifilis

Dilansir dari laman Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), terdapat empat tahap sifilis yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier, dengan setiap tahapannya mempili tanda dan gejala berbeda-beda.

  • Tahap primer

Selama tahap primer atau tahap pertama sifilis, mungkin akan terlihat satu atau beberapa luka. Luka ini menjadi tempat masuknya penyakit sifilis ke dalam tubuh, biasanya terjadi di penis, vagina, dubur, bibir, maupun di dalam mulut.

Biasanya luka tidak menimbulkan rasa nyeri, sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya.

Secara umum sakit berlangsung dalam waktu 3-6 minggu dan sembuh terlepas dilakukannya pengobatan yang diterima.

Bahkan setelah sakitnya hilang, penderita sifilis tetap harus menerima perawatan yang akan menghentikan infeksi ke tahap sekunder.

  • Tahap sekunder

Sifilis sekunder dimulai dalam waktu 6 minggu hingga 6 bulan setelah pajanan bakteri sifilis, atau bisa bertahan 1-3 bulan.

Selama tahap sekunder, mungkin akan muncul ruam kulit dan/atau luka di mulut, vagina, dan anus. Biasanya tahap ini dimulai dengan ruam pada satu atau lebih area tubuh yang umumnya tidak terasa gatal, bahkan terkadang sangat samar sehingga tak menyadarinya.

Ruam bisa muncul saat luka utama sembuh atau beberapa minggu setelahnya. Ruam terjadi di telapak tangan dan/atau bagian bawah kaki yang terlihat kasar dan berwarna merah kecoklatan.

Gejala lain dari tahap sekunder meliputi demam, pembengkakan kelenjar getah bening, skait tenggorokan, rambut rontok, sakit kepala, penurunan berat badan, nyeri otot, dan kelelahan.

Gejala yang muncul saat tahap sekunder akan hilang dengan perawatan yang tepat. Jika infeksi dibiarkan, penyakit bisa ke tahap sifilis laten dan mungkin tersier.

  • Tahap laten

Tahap laten sifilis adalah periode saat tidak ada tanda atau gejala yang terlihat. Tanpa pengobatan, seseorang terus memiliki sifilis di tubuh selama bertahun-tahun.

  • Tahap tersier

Meskipun tidak semua sifilis yang tidak diobati tak berkembang ke tahap tersier, tapi saat ini terjadi bisa mempengaruhi banyak sistem organ, seperti pembuluh darah, otak, dan sistem saraf.

Sifilis tersier sangat serius dan akan terjadi 10-30 tahun setelah infeksi dimulai. Pada kondisi ini, penyakit merusak organ dalam yang bisa menyebabkan kematian.

Adapun gejala neurosifilis meliputi sakit kepala parah, kelemahan otot, masalah gerakan otot, tidak bisa fokus, kebingungan, hingga demensia.

Sedangkan tanda sifilis okular seperti sakit mata dan/atau kemerahan serta perubahan dalam penglihatan, bahkan kebutaan.

Sementara itu, gejala otosifilis termasuk gangguan pendengaran, dengung, desis di telinga, dan pusing atau vertigo.

HIV

Perlu digarisbawahi, orang dengan sifilis memiliki peluang yang meningkat secara signifikan untuk tertular HIV.

Luka yang ditimbulkan penyakit ini membuat HIV lebih mudah masuk ke dalam tubuh.

Kemungkinan pengidap HIV akan mengalami gejala sifilis yang berbeda dengan orang yang tidak mengidap HIV. Sehingga, penderita HIV disarankan berkonsultasi dengan dokter mengenai cara mengenali gejala sifilis.

Perlu digarisbawahi, penyakit sifilis bisa disembuhkan. Infeksi bakteri diatasi dengan menjalani rejimen pengobatan penuh antibiotik resep.

Meski begitu, kerusakan yang terjadi pada organ tubuh tidak bisa dipulihkan dengan pengobatan, tapi kerusakan lebih lanjut dapat dicegah.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/27/130000723/penyakit-sifilis-kenali-gejala-dan-tahapan-penyakitnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke