Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mencegah Penyebaran Cacar Monyet dengan Riset, Ini Penjelasan BRIN

KOMPAS.com - Cacar monyet tengah menjadi perhatian dunia. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai bahwa riset dapat menjadi upaya mencegah penyebaran cacar monyet.

Hal itu disampaikan Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Ni Luh Putu Indi Dharmayanti.

Ni Luh mengungkapkan, riset terkait kesehatan merupakan pilar pencegahan penyakit, termasuk cacar monyet atau monkeypox yang menjadi wabah dunia saat ini. 

Dia menyebut, cacar monyet menjadi hal yang layak untuk diangkat dari sisi riset, khususnya di Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis.

Ni Luh menyampaikan, riset serta kajian ilmiah terbukti telah menjadi benteng dalam meminimalisir kepanikan masyarakat akibat minimnya informasi terhadap penyakit menular.

"Cacar monyet memang masih menjadi pertanyaan publik, karena informasi masih beragam. Oleh karena itu, riset terkait penyakit ini penting untuk diketahui publik, termasuk gejala, dan apa yang perlu dipersiapkan," ujarnya dalam webinar Cacar Monyet, Darurat Kesehatan Global, dan Apa yang Perlu Kita Ketahui?; Selasa (2/8/2022).

Belajar dari pandemi Covid-19, lanjut dia, riset berperan dalam mengidentifikasi virus, sehingga para ahli dapat mengambil tindakan pengendalian termasuk protokol kesehatan. Hal ini pun bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran cacar monyet. 

Pada kesempatan yang sama, Peneliti Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN, dr Zulvikar Syambani Ulhaq, M.Biomed, Ph.D, sepakat bahwa riset terkait penyakit ini penting untuk dilakukan. Walaupun kasus cacar monyet di Indonesia belum ditemukan.

“Perlu adanya kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang baik apabila kasus ini muncul. Salah satu pelajaran berharga yang dapat dipetik, ketika pandemi Covid-19 melanda adalah riset akan kembali menjadi pilar dalam pencegahan penyebaran penyakit, termasuk cacar monyet,” papar Zulvikar.

Dijelaskannya, bahwa saat ini terdapat beberapa potensi riset yang mungkin dapat dikembangkan untuk penyakit cacar monyet.

Menurut dia, riset yang paling penting adalah pengembangan rapid detection. Misalnya tes cepat atau rapid test bagi para turis yang datang ke Indonesia.

Lebih lanjut, Ni Luh mengatakan, potensi riset lainnya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah cacar monyet meluas adalah melakukan pencatatan gambaran klinis, deteksi kasus dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan sequencing jika terjadi mutasi pada virus.

Tak hanya itu, kerja sama juga perlu dilakukan dengan Kementerian Kesehatan untuk mengetahui efektivitas vaksin dan pengobatan, serta pengembangan obat pemulihan pasca cacar monyet.

Pengobatan cacar monyet

Peneliti dari Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis BRIN, Dr dr Reza Y Purwoko, SpKK, RSA, berkata sejak infeksi virus cacar monyet berlangsung penyakit ini berpotensi untuk menular.

Kendati begitu, cacar monyet sebenarnya adalah penyakit self-limiting disease atau bisa sembuh dengan sendirinya dengan pengobatan simptomatik dan suportif, maupun pemberian antivirus (Cidofovir).

Sejauh ini juga sudah ada vaksin yang dinilai mampu untuk mencegah cacar monyet antara lain vaksin Jynneous (Ivamune) dan Acam2000.

“Sama halnya seperti menghadapi Covid-19. Jika terkonfirmasi positif, dapat dilakukan upaya pelacakan, deteksi dini dan isolasi mandiri. Sedangkan perilaku menjaga protokol kesehatan, hidup bersih dan menghindari seks bebas menjadi keharusan," jelasnya.

Cacar monyet adalah penyakit yang awalnya ditemukan di daerah endemis seperti Afrika Barat dan Afrika Tengah.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini cacar monyet sudah diidentifikasi di 78 negara dengan lebih dari 18.000 kasus.

Reservoir virus cacar monyet di antaranya mamalia kecil seperti tupai, tikus dan monyet. Cacar monyet juga bisa ditularkan melalui sekresi pernapasan, benda yang telah terkontaminasi misalnya seprai atau baju.

“Prinsipnya, apapun penyakit menular yang dihadapi, kita harus tetap waspada. Melalui riset dan inovasi, kita dapat mendorong kemandirian untuk menghasilkan obat dan vaksin. Karena kita punya sumber daya yang berbeda dengan negara lain,” ucap Reza.

Penyakit cacar monyet bisa disebabkan karena seseorang melakukan perjalanan atau travelling dan kontak kulit ke kulit, dengan pasien.

Oleh sebab itu, dia meminta agar masyarakat menghindari perilaku yang bisa menyebabkan penularan cacar monyet.

"Terus kita sama-sama lakukan penelitian untuk mengembangkan suatu inovasi terapi, vaksin, dan immunostimulant dari Indonesia," pungkas dr Reza.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/03/190200023/mencegah-penyebaran-cacar-monyet-dengan-riset-ini-penjelasan-brin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke