Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Ibu Hamil Bisa Menularkan HIV pada Bayinya? Dokter Jelaskan

Untuk diketahui, HIV merupakan penyakit yang menyerang CD4, yaitu salah satu bagian dari sistem imun manusia.

Dengan sistem imun yang lemah akibat diserang HIV, pasien HIV akan mudah terkena infeksi oportunistis atau infeksi sekunder.

Hingga saat ini, dunia belum menemukan obat yang bisa menyembuhkan HIV secara total. Namun, hanya ada obat yang mampu mengontrol HIV saja.

Ahli Patologi Klinis, Dr. dr Agnes R. Indrati Sp.P(K), M.Kes mengatakan, pada dasarnya potensi penularan HIV/AIDS dari orangtua kepada anaknya, terutama dari ibu ke bayinya memang sangat bisa terjadi.

“Jadi memang itu yang menjadi kekhawatiran,” kata Agens dalam diskusi WAN IFRA: World Editors Forum Science in the Newsroom, Rabu (20/7/2022).

Penularan HIV ini sudah bisa terjadi bahkan sejak bayi dalam kandungan ibunya, karena virus HIV yang ada di tubuh ibu hamil itu bisa bertransmisi kepada janin sampai ia dilahirkan.

Dijelaskan Agnes, penularan HIV dari ibu ke anak itu bisa terjadi melalui tiga cara yaitu masa kehamilan melalui plasenta, melalui jalur persalinan, dan melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI).

Namun demikian, masih ada beberapa cara mengurangi risiko penularan HIV dari ibu kepada anaknya, yakni sebagai berikut.

1. Mengurangi jumlah virus dalam tubuh ibu

Agnes menjelaskan, bahwa salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penularan ibu kepada anaknya adalah mengurangi jumlah virus dalam tubuh ibu.

Jika kadar virus HIV dalam tubuh ibunya rendah atau jika jumlah virusnya bisa ditekan atau dikurangi, maka hal itu bisa juga menekan risiko penularan HIV kepada anak.

“Sebenarnya, itu target kita pada pasangan yang mau mempunyai anak,” kata Agnez.

Pasangan yang diketahui sebagai Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), diminta untuk konseling dan memeriksakan diri terkait jumlah virus yang ada di dalam tubuhnya, sebelum menjalankan program kehamilan.

“Itu akan sangat, sangat mengurangi transmisi (HIV/AIDS) dari ibu ke anak,” ujarnya.

Hal itu dapat meminimalisir dampak buruk terhadap penularan HIV/AIDS kepada anak-anak.


2. Persalinan caesar

Pada ibu hamil yang dinyatakan sebagai ODHA, maka tindakan operasi caesar kerap disarankan saat ia akan melahirkan anaknya.

“Untuk mengurangi transmisi dari ibu ke anak, persalinannya direkomendasikan dengan seksio sesarea, itu juga sangat mengurangi risiko transmisi dari ibu ke anak, daripada persalinan biasa lewat vagina,” jelasnya.

3. Menghindari pemberian ASI ODHA

Agnes menjelaskan, penularan HIV dari ibu ke anak juga bisa terjadi dari pemberian Air Susu Ibu (ASI).

Dengan kondisi ini, pada umumnya, disarankan bagi ibu ODHA untuk memberikan pengganti ASI pada bayinya, seperti susu formula yang telah direkomendasikan oleh dokter.

Namun, terkait pemberian susu formula ini sendiri Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengeluarkan rekomendasi lanjutan untuk membatasi pemberian susu formula bagi bayi atau anak-anak.

Selain pemberian susu formula itu akan membuat orangtua anak cenderung lebih kesulitan dalam hal waktu, tenaga, dan uang, pemberian susu formula yang berlebihan juga tidak begitu baik dalam mendukung tumbuh kembang anak.

“Tapi apabila virusnya sudah tersupresi (sedikit jumlahnya), kemudian pemberian susu formulanya itu juga mahal dan susah ya untuk di daerah-daerah jauh akses, akhirnya WHO juga memberikan pernyataan lagi kalau enggak apa-apa berikan ASI (ibu ODHA), asalkan tetap dalam pemantauan,” jelasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/28/160300523/apakah-ibu-hamil-bisa-menularkan-hiv-pada-bayinya-dokter-jelaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke