Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Resistensi Antimikroba Mengancam Dunia, WHO Dorong Riset Pengembangan Vaksin

KOMPAS.com - Resistensi antimikroba (AMR) merupakan salah satu penyebab kematian global, yang disebut membunuh lebih banyak orang setiap tahunnya dibandingkan HIV/AIDS dan Malaria.

Oleh sebab itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong pengembangan vaksin dilakukan guna mengatasi patogen yang resisten terhadap obat.

"Lebih banyak vaksin harus dikembangkan untuk mengatasi bakteri patogen yang resisten terhadap antimikroba (AMR), dan negara-negara harus memanfaatkan dengan lebih baik dari (vaksin) yang saat ini tersedia," ujar WHO dikutip dari laman resmi PBB, Selasa (12/7/2022).

Badan Kesehatan PBB itu pun telah merilis laporan pertamanya tentang vaksin yang sekarang sedang dikembangkan, sekaligus mengarahkan pada investasi maupun dilakukannya penelitian lebih lanjut.

Dalam laporan terbarunya, WHO memiliki 61 kandidat vaksin yang beberapa di antaranya berada dalam tahap akhir pengembangan, meskipun sebagian besar masih belum akan tersedia dalam waktu dekat.

"Mencegah infeksi menggunakan vaksinasi mengurangi penggunaan antibiotik, salah satu penyebab utama AMR," ungkap Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Resistensi Antimikroba, Dr Hanan Balkhy.

Untuk diketahui, resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah dari waktu ke waktu dan tidak lagi merespons obat-obatan.

Sehingga, membuat infeksi lebih sulit untuk diobati kemudian meningkatkan risiko penyebaran penyakit, penyakit parah, hingga kematian.

WHO berkata bahwa resistensi antimikroba adalah 'silent pandemic' yang menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global.

Pasalnya, kematian akibat resistensi antimikroba mencapai 700 ribu orang per tahun, dan diprediksi mencapai 10 juta orang per tahun di seluruh dunia pada 2050 mendatang. Sementara, lebih dari 1,2 juta kematian secara langsung dikaitkan dengan AMR.

Adapun distribusinya diperkirakan terbanyak di wilayah Asia serta Afrika masing-masing sekitar 4,7 juta dan 4,1 juta, dengan sisanya di Australia, Eropa, dan Amerika.

Berkaca dari pengembangan vaksin Covid-19, WHO menilai mempercepat ketersediaan vaksin menjadi salah satu cara untuk mengatasi resistensi antimikroba.

“Pelajaran dari pengembangan vaksin Covid-19 dan vaksin mRNA memberikan peluang untuk mengeksplorasi pengembangan vaksin melawan bakteri,'' kata Dr Haileyesus Getahun, Direktur Departemen Koordinasi Global AMR WHO.


Akses vaksinasi yang merata

WHO menyampaikan, di antara enam bakteri patogen teratas yang berkontribusi pada kematian terkait AMR, hanya satu penyakit yaitu pneumokokus yang sudah ada vaksinnya.

“Akses yang terjangkau dan adil terhadap vaksin seperti vaksin pneumokokus, sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa, dan mengurangi peningkatan (kasus) AMR,” ucap WHO.

Mereka juga menyerukan akses yang adil terhadap vaksin yang sudah ada, termasuk vaksin untuk melawan empat bakteri patogen prioritas meliputi penyakit pneumokokus, tuberkulosis, dan demam tifoid.

Laporan WHO turut menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi dari inovasi, maupun pengembangan vaksin. Termasuk untuk patogen berkaitan dengan infeksi yang ada di rumah sakit.

Menurut WHO, tantangannya ialah sulit dalam menentukan populasi target di antara semua pasien yang dirawat di rumah sakit, biaya dan kompleksitas uji coba kemanjuran vaksin, dan kurangnya peraturan atau kebijakan preseden untuk vaksin melawan infeksi.

“Pengembangan vaksin mahal, dan menantang secara ilmiah, seringkali dengan tingkat kegagalan yang tinggi," terang Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Dr Kate O'Brien.

"Dan untuk kandidat yang berhasil, persyaratan peraturan dan manufaktur yang kompleks memerlukan waktu lebih lama," imbuhnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/13/203000523/resistensi-antimikroba-mengancam-dunia-who-dorong-riset-pengembangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke