Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Fakta Paxlovid, dari Efektivitas untuk Pasien Covid-19 hingga Dosis Lengkapnya

Pada akhir Desember 2021 lalu, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetujui otorisasi penggunaan darurat (Emergency Use Authrorization/EUA) Paxlovid dalam pengobatan Covid-19.

Dalam uji klinis, Paxlovid 90 persen efektif mencegah rawat inap dan kematian pasien berisiko tinggi.

Bimo Tejo, PhD seorang Associate Profesor dari departemen kimia di Universiti Putra Malaysia mengatakan, Paxlovid efektif untuk semua varian karena sasarannya adalah enzim protease virus yang laju mutasinya jauh lebih rendah dibanding mutasi pada bagian spike virus SARS-CoV-2.

"Paxlovid juga mampu melawan Virus of Concern (VoC) Sars Cov-2, termasuk Omicron," kata Bimo dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (28/3/2022).

Pada pandemi sebelumnya, Paxlovid juga dilaporkan dapat menghambat virus corona lainnya, termasuk SARS dan MERS.

Bimo mengatakan, saat ini, berbagai negara sudah menggunakan Paxlovid. Di wilayah timur, Korea Selatan menjadi negara Asia pertama yang telah menyetujui penggunaan Paxlovid.

Sementara itu, Paxlovid juga sudah masuk ke Indonesia, namun masih menunggu kajian efikasi, khasiat, dan efek samping dari paxlovid yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Berikut beberapa fakta tentang obat Paxlovid untuk pasien Covid-19 yang perlu Anda ketahui.

1. Mekanisme kerja Paxlovid

Paxlovid bukanlah suatu repurposing drug melainkan memang obat yang disintesis dan didesain khusus untuk SARS CoV-2.

Paxlovid merupakan kombinasi antara obat antivirus bernama Nirmatrelvir dan Ritonavir.

Nirmatrelvir adalah inhibitor kovalen, mengikat langsung ke residu katalitik sistein (Cys145) dari enzim protease (Mpro) seperti yang ditunjukkan pada langkah proteolisis, yang selanjutnya akan menghentikan langkah replikasi RNA, transkripsi serta translasi protein struktural dan aksesoris.

Penghambatan Mpro adalah titik strategis, yang membuat virus gagal untuk bereplikasi.

Ritonavir berfungsi untuk memperlambat metabolisme nirmatrelvir oleh enzim sitokrom untuk mempertahankan konsentrasi nirmatrelvir tetap tinggi di dalam darah.

"Nirmaltrevir bekerja dengan menghambat enzim protease yang digunakan oleh virus SARS-CoV-2 untuk bereproduksi didalam tubuh manusia," jelasnya.

Hasilnya adalah perkembangan virus menjadi terhambat.

Hal ini dikarenakan, nirmaltrevir memiliki kemungkinan terurai didalam tubuh manusia (sehingga efektivitasnya berkurang), maka ditambahkan ritonavir untuk menjaga kestabilan nirmaltrevir supaya tidak mudah terurai.   

2. Ketersediaan Paxlovid

Ketersediaan obat sebagai terapi oral khusus untuk SARS-CoV-2 ini sangat dibutuhkan untuk meminimalisir efek Covid pada tubuh dan mencegah rawat inap, serta kesakitan dan kematian.

Paxlovid efektif untuk semua varian karena sasarannya adalah enzim protease virus yang laju mutasinya jauh lebih rendah dibanding mutasi pada bagian spike virus SARS-CoV-2.

Paxlovid akan tersedia dalam bentuk blister berisi dua tablet Nirmatrelvir 150 mg, dan satu tablet Ritonavir 100 mg.

Nirmaltrevir berasal dari kandidat obat PF-00835231 yang dulu sempat dibuat oleh perusahaan farmasi Pfizer untuk mengatasi wabah SARS di tahun 2002.

Namun, proses produksi obat tersebut dihentikan karena wabah SARS berhasil dikendalikan dengan cepat.

Kandidat obat PF-00835231 baru dilirik kembali setelah munculnya Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan betacoronavirus, satu kelompok dengan virus penyebab wabah SARS 20 tahun lalu.

Tim peneliti Pfizer melakukan modifikasi terhadap kandidat obat PF-00835231 untuk meningkatkan efektivitasnya terhadap virus SARS-CoV-2.

Hasil modifikasi tersebut diberi nama nirmaltrevir (PF-07321332).


3. Hasil uji efektivitas tinggi untuk orang ras Asia

Hasil uji klinis Paxlovid (nirmaltrevir dan ritonavir) oleh Pfizer yang melibatkan 2.246 orang menunjukkan efektivitas 89 persen mengurangi risiko rawat inap dan kematian, jika diberikan 3 hari setelah munculnya gejala, atau 88 persen jika diberikan 5 hari setelah munculnya gejala.

Selain itu, dalam uji klinis Paxlovid tersebut populasi Asia dimasukkan dalam subyek uji klinis.

Komposisinya adalah 72 persen Kaukasia, 5 persen Afrika, dan 14 persen orang ras Asia.

"Jadi, efektivitas Paxlovid terhadap orang ras Asia telah teruji," jelasnya.

4. Syarat boleh konsumsi Paxlovid

Bimo menjelaskan, bahwa Paxlovid aman dikonsumsi oleh pasien Covid usia 12 tahun ke atas dan berat 40 kg atau lebih.

Meski demikian, Bimo mengingatkan bahwa Paxlovid tidak efektif untuk pasien Covif-19 yang bergejala berat dan sudah dirawat di rumah sakit.

Obat ini juga harus diberikan segera setelah terindikasi positif Covid-19, sebaiknya dalam rentang waktu 5 hari setelah munculnya gejala, dan tidak bisa digunakan lebih dari 5 hari berturut-turut.

“Paxlovid hanya bisa diberikan dengan resep dokter dan tidak bisa digunakan untuk mencegah Covid-19. Jadi protokol Kesehatan dan vaksinasi tetap harus dijalankan,” tegas Bimo.

Ia menambahkan, sebelum mengonsumsi Paxlovid, pasien juga perlu mengetahui apakah sebelumnya memiliki sejarah hipersensitivitas terhadap nirmaltrevir atau ritonavir.

5. Risiko efek samping

Bimo mengingatkan, agar pasien Covid-19 tidak kaget apabila saat mengonsumsi Paxlovid akan mengalami dysgeusia (gangguan indra perasa), diare, hipertensi, dan nyeri otot.

Sebab, kandungan dalam Paxlovid sendiri jiga memiliki kontraindikasi jika diberikan bersama obat lain yang berinteraksi dengan CYP3A seperti alfuzosin, pethidine, propoxyphene, amiodarone, dronedarone, flecainide, propafenone, quinidine, colchicine, lovastatin, simvastatin, phenobarbital, rifampin, dan lainnya.

Daftar lengkap obat yang memiliki kontraindikasi dengan Paxlovid ada di publikasi lembar fakta yang dikeluarkan oleh FDA.

Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk berkonsultasi terlebih dahulu  dengan dokter sebelum mengonsumsi obat ini.


6. Pasien dengan komorbid

Selanjutnya, untuk pasien dengan penderita komorbid sebenarnya diperbolehkan dalam mengonsumsi Paxlovid ini selama dikonsultasikan dengan dokter penanggung jawab masing-masing.

7. Dosis konsumsi obat Paxlovid

Berikut beberapa indikasi penyakit dan takaran saji atau dosis obat Paxlovid yang diperlukan pasien terinfeksi Covid-19.

Pasien yang memiliki masalah ginjal (eGFR ?30 hingga <60 mL/min) dosis Paxlovid perlu dikurangi menjadi 150 mg nirmatrelvir dan 100 mg ritonavir dua kali sehari selama 5 hari.

Meski demikian, Paxlovid tidak boleh diberikan kepada penderita gangguan ginjal dengan eGFR <30 mL/min, juga tidak direkomendasikan untuk penderita gangguan hati yang parah (Child-Pugh kelas C).

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/29/120500123/7-fakta-paxlovid-dari-efektivitas-untuk-pasien-covid-19-hingga-dosis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke