Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pekerja Lapangan di Jakarta akan Kurang Produktif 15 Menit per Jam, Kenapa?

KOMPAS.com - Pekerja lapangan di Jakarta, Indonesia akan kurang produktif 15 menit per jam, jika terjadi perubahan iklim kenaikan suhu 2 derajat Celcius.

Hal ini dilaporkan dalam dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti perubahan iklim di Nicholas School of The Environment di Universitas Duke yang telah dipublikasikan di Jurnal Nature Communications, 14 Desember 2021.

Penelitian ini menunjukkan berbagai skenario proyeksi kehilangan produktivitas pada peningkatan temperatur global 1 derajat Celsius, 2 derajat Celsius, 3 derajat Celsius, dan 4 derajat Celsius dibandingkan saat ini.

Di mana saat ini, temperatur global sudah sudah sekitar 1 derajat Celsius di atas masa pra-industri.

Peningkatan suhu dan kelembaban sepanjang hari karena perubahan iklim akan mengurangi jumlah waktu kerja di mana pekerja lapangan, seperti di bidang pertanian dan konstruksi, untuk dapat bekerja dengan aman. 

Pemimpin penelitian perubahan iklim di Nicholas School of The Environment di Universitas Duke, Luke Parsons mengatakan, dalam penelitian yang dilakukan ini ternyata perubahan iklim memang mengurangi produktivitas para pekerja lapangan, tak hanya di Jakarta tetapi juga di seluruh dunia.

Akan tetapi, daerah tropis dan subtropis akan mengalami kerugian paling parah. Hal ini juga berlaku untuk negara tropis seperti Indonesia.

Parsons menyampaikan, di Jakarta jika pemanasan terus meningkat pada suhu 4 derajat Celsius durasi kerja pukul 9 pagi-4 sore (7 jam) para pekerja luar ruang akan kehilangan waktu produktif lebih dari 15 menit setiap jamnya.

Hal ini dikarenakan, saat perubahan iklim berupa kenaikan suhu itu terjadi, maka pada saat siang hari di daerah tropis, suhu udara sudah terlalu panas. Hal ini menyebabkan pekerja lapangan di daerah tropis menjadi kurang produktif.

“Kebanyakan pekerja lapangan di daerah tropis sudah harus berhenti bekerja di siang hari karena suhu sudah terlalu panas,” jelas Parsons.

“Untungnya saat ini sekitar 30 persen dari hilangnya produktivitas tersebut dapat dipindahkan di waktu pagi hari. Namun, dengan setiap kenaikan 1 derajat Celsius dari perubahan iklim, kemampuan para pekerja untuk beradaptasi dengan cara ini akan terus berkurang karena waktu-waktu teduh untuk bekerja akan berkurang setiap harinya menjadi terlalu panas untuk terus bekerja di luar ruangan terlalu lama," tambahnya.

Namun, tambah Parsons, bila rata-rata temperatur global meningkat sebanyak 2 derajat Celsius dibandingkan saat ini.

Maka hilangnya produktivitas pekerja lapangan pada jam-jam aman atau teduh setiap harinya akan melebihi kehilangan pada jam-jam paling panas saat ini. 

Pekerjaan-pekerjaan esensial seperti pertanian dan konstruksi akan menjadi hampir tidak mungkin dilakukan dengan aman pada jam-jam siang hari di berbagai lokasi sepanjang musim panas.

Para peneliti menggunakan gabungan data meteorologis hasil observasi dengan proyeksi model perubahan iklim.

Yakni data temperatur dan kelembaban untuk mengestimasi paparan panas lembab.

Pekerja lapangan kehilangan produktivitas saat ini, maupun proyeksi kehilangan produktivitas di masa mendatang, disebabkan oleh peningkatan temperature yang berakibat pada suhu udara semakin panas.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/24/183100223/pekerja-lapangan-di-jakarta-akan-kurang-produktif-15-menit-per-jam-kenapa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke