Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

NASA: Ribuan Letusan Gunung Berapi Purba Pernah Terjadi di Mars

KOMPAS.com - Badan antariksa nasional Amerika Serikat (NASA) mengkonfirmasi adanya ribuan letusan gunung berapi purba yang masif pernah terjadi di planet Mars.

Beberapa gunung berapi Mars ini dapat menghasilkan letusan yang sangat dahsyat, sehingga dapat melepaskan lautan debu dan gas beracun ke udara.

Akibatnya, letusan gunung ini pun dapat menghalangi sinar matahari dan mengubah iklim planet selama beberapa dekade.

Baru-baru ini, para ulmuwan menemukan bukti ribuan letusan gunung berapi purba di mars atau yang mereka sebut sebagai letusan super, yang merupakan ledakan vulkanik paling dahsyat yang pernah diketahui.

Para ilmuwan menemukan bukti itu dengan mempelajari topografi dan komposisi mineral dari sebagian wilayah Arabia Terra di Mars utara, dilansir dari Phys, Kamis (16/9/2021).

Letusan gunung berapi Mars ini memuntahkan uap air, karbon dioksida dan sulfur dioksida ke udara, serta ledakan ini pun merobek permukaan planet Mars hampir selama periode 500 juta tahun, pada sekitar 4 miliar tahun yang lalu.

Studi dan temuan bukti dari para ilmuwan NASA tentang ribuan letusan gunung berapi purba di Mars ini telah dilaporkan para ilmuwna dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters pada Juli 2021.

"Setiap letusan ini akan memiliki dampak iklim yang signifikan, mungkin gas yang dilepaskan membuat atmosfer lebih tebal atau menghalangi Matahari dan membuat atmosfer menjadi lebih dingin," kata Patrick Whelley, ahli geologi di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland.

Whelley yang memimpin analisis Arabia Terra di utara planet Mars ini menambahkan bahwa pemodel iklim Mars akan memiliki beberapa pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencoba memahami dampak letusan super gunung berapi Mars.

Setelah ledakan dahsyat gunung berapi ini menyebarkan selimut abu tebal hingga ribuan mil dari lokasi letusan, gunung berapi sebesar ini runtuh menjadi lubang raksasa yang disebut kaldera.

Kaldera, yang juga ada di Bumi, lebarnya bisa puluhan mil. Tujuh kaldera di Arabia Terra adalah hadiah pertama bahwa wilayah itu mungkin pernah menjadi tuan rumah gunung berapi Mars yang mampu meletus dengan super kuat.

Sebelumnya, cekungan besar di permukaan Mars ini dianggap sebagai depresi akibat dampak tubrukan asteroid pada miliaran tahun yang lalu.

Namun pada studi tahun 2013, akhirnya para ilmuwan mulai mengusulkan bahwa cekungan itu adalah kaldera vulkanik, yang kemudian dikonfirmasi ilmuwan NASA bahwa cekungan itu terbentuk dari ribuan letusan gunung berapi purba yang dahsyat di planet Mars ini.

"Kami membaca makalah itu dan tertarik untuk menindaklanjuti, tetapi alih-alih mencari gunung berapi sendiri, kami mencari abunya, karena Anda tidak dapat menyembunyikan bukti itu," kata Whelley.

Whelley dan rekan-rekannya mendapat ide untuk mencari bukti abu setelah bertemu dengan Alexandra Matiella Novak, seorang ahli vulkanologi di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins di Laurel, Maryland.

Matiella Novak sudah menggunakan data dari NASA's Mars Reconnaissance Orbiter untuk menemukan abu di tempat lain di planet Mars, sehingga akhirnya dia bermitra dengan Whelley dan timnya untuk melihat secara khusus di Arabia Terra.

Analisis tim menindaklanjuti karya ilmuwan lain yang sebelumnya menyarankan bahwa mineral di permukaan Arabia Terra berasal dari gunung berapi purba.

Kelompok penelitian lain, setelah mengetahui bahwa cekungan Arabia Terra bisa menjadi kaldera, telah menghitung di mana abu dari kemungkinan letusan super gunung berapi Mars purba di wilayah itu akan mengendap.

"Jadi kami mengambilnya pada saat itu dan berkata, Oke, ini adalah mineral yang terkait dengan abu vulkanik yang diubah, yang telah didokumentasikan, jadi sekarang kita akan melihat bagaimana mineral ini didistribusikan untuk melihat jika mereka mengikuti pola dari letusan super seperti yang diharapkan," kata Matiella Novak.

Tim ilmuwan ini pun menggunakan gambar dari Compact Reconnaissance Imaging Spectrometer MRO untuk Mars untuk mengidentifikasi mineral di permukaan.

Melihat di dinding ngarai dan kawah dari ratusan hingga ribuan mil dari kaldera, di mana abu akan dibawa oleh angin, mereka mengidentifikasi mineral vulkanik yang berubah menjadi tanah liat oleh air, termasuk montmorillonit, imogolite, dan alofan.

Selanjutnya, peneliti menggunakan gambar dari kamera MRO, tim membuat peta topografi tiga dimensi Arabia Terra.

Ilmuwan yang sama yang awalnya mengidentifikasi kaldera pada tahun 2013 juga menghitung berapa banyak material yang akan meledak dari gunung berapi, berdasarkan volume masing-masing kaldera.

Informasi ini memungkinkan Whelley dan timnya untuk menghitung jumlah letusan gunung berapi yang diperlukan untuk menghasilkan ketebalan abu yang mereka temukan.

Hasilnya, kata Whelley, ternyata ada ribuan letusan gunung berapi yang diperlukan untuk menghasilkan abu yang sangat tebal.

Namun, ada satu pertanyaan menarik dari studinya ini, yakni bagaimana sebuah planet yang hanya memiliki satu jenis gunung berapi bisa mengotori suatu wilayah.

Di Bumi, gunung berapi yang mampu meletuskan dengan kekuatan letusan super, yakni terakhir meletus pada 76.000 tahun lalu di Sumatera, Indonesia.

Dampak letusan dahsyat gunung berapi ini menyebar ke seluruh dunia dan berada di wilayah yang sama dengan jenis gunung berapi lainnya.

Mars juga memiliki banyak jenis gunung berapi lainnya, termasuk gunung berapi terbesar di tata surya, yang disebut Olympus Mons.

Olympus Mons volumenya 100 kali lebih besar daripada gunung berapi terbesar di Bumi Mauna Loa di Hawaii, dan dikenal sebagai "gunung berapi perisai", yang mengalirkan lava ke bawah gunung yang landai.

Arabia Terra sejauh ini memiliki satu-satunya bukti letusan super gunung berapi Mars.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/16/200200223/nasa-ribuan-letusan-gunung-berapi-purba-pernah-terjadi-di-mars

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke