Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melalui Karya Astrofotografi, Astronom Ini Patahkan Mitos Gerhana Bulan

KOMPAS.com - Ketika mendengar kata gerhana bulan, sebagian orang langsung teringat berbagai mitos yang ada di lingkungannya. Namun, melalui karya astrofotografi, mitos gerhana bulan pun akhirnya dapat dipatahkan.

Gerhana bulan adalah suatu fenomena ilmiah yang harus dirayakan bersama melalui observasi, pembelajaran dan penelitian.

Hal tersebut disampaikan oleh Muhammad Rayhan, Astronom Planetarium dan Observatorium Jakarta, ketika diwawancarai Kompas.com, Senin (30/8/2021).

Seringkali, fenomena gerhana bulan diartikan sebagai datangnya roh jahat atau suatu hal yang berkaitan dengan ilmu hitam.

Misalnya di daerah Jawa, terdapat mitos bahwa wanita hamil dilarang melihat gerhana bulan karena takut bayinya akan memiliki tekstur kulit seperti bulan dan di beberapa daerah memiliki tradisi memukul kentongan untuk mengembalikan bulan pada tampilan semula.

Diketahui bahwa terdapat banyak mitos terkait fenomena astronomi yang luar biasa ini, tetapi kebanyakan masih bersifat mistis dan klenik.

Namun, melalui karya astrofotografi, mitos-mitos gerhana bulan dapat dipatahkan dengan keindahan gambar saat proses fenomena langit ini terjadi.

Selain mitos gerhana bulan, terdapat pula mitos seperti gerhana matahari yang berkembang di antara masyarakat.

Namun ternyata tidak hanya di Indonesia, mitos-mitos tersebut juga berkembang di negara lain, salah satunya di Afrika yang menganggap fenomena gerhana terjadi karena bulan dan matahari sedang berkelahi.

Untuk mematahkan stigma tentang mitos-mitos gerhana bulan tersebut, Rayhan memberikan sebuah karya dalam dunia astrofotografi yang berjudul "The Eclipse Between Us".

Foto ini juga berhasil mendapatkan juara kedua dalam kontes astrofotografi kategori gerhana bulan total yang diselenggarakan oleh Persatuan Astronomi Internasional, Kantor Astronomi Pendidikan (IAU, OAE).

Di dalam foto tersebut, nampak gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 yang berada di antara Rayhan dengan teleskop putih di sebelah kanan dan istrinya, Ria Hasnati yang sedang hamil, lengkap dengan teleskop hitamnya di sebelah kiri.

Di depan mereka, nampak pula beberapa orang yang juga sedang mengabadikan momen yang sama tanpa menghalangi objek utamanya, yaitu gerhana bulan total.

Hanya membutuhkan persyarat umum untuk mengikuti kontes astrofotografi tersebut, Rayhan mengatakan tidak merasa diberatkan dalam mengikuti proses perlombaannya.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan astrofotografi?

"Astrofotografi merupakan gabungan dari kata astronomi dan fotografi," ujar Rayhan.

Sederhananya, astrofotografi merupakan seni mengambil gambar benda-benda astronomi dan langit.

Yang perlu menjadi catatan, selain nilai estetika, hal yang harus dimiliki dalam astrofotografi adalah nilai edukasi atau keilmiahannya.

Contohnya adalah ketika sedang memotret bintang, fotografer astrofotografi tidak boleh menyunting bintang menjadi warna yang diinginkannya secara subjektif.

Menyukai astronomi sejak tahun 2004 dan mulai menekuni astrofotografi dengan serius  di tahun 2012, Rayhan memberikan pesan untuk dunia astrofotografi.

"Silakan jika ingin berkreasi melalui seni fotografi pada astrofotografi, asalkan tidak keluar dari atau meninggalkan sisi saintifik atau keilmiahannya." pungkas Rayhan.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/01/193200923/melalui-karya-astrofotografi-astronom-ini-patahkan-mitos-gerhana-bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke