Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Foto Gerhana Bulan Astronom Indonesia Menangi Kontes Astrofotografi Internasional

KOMPAS.com - Fase gerhana bulan diabadikan dengan epik dalam foto yang diambil astronom asal Indonesia yang berhasil memenangi kontes astrofotografi internasional belum lama ini.

Foto tersebut diambil oleh Muhammad Rayhan, Astronom Planetarium dan Observatorium Jakarta.

Keindahan fenomena gerhana bulan yang diabadikannya diikutkan dalam ajang Astrophotography Contest 2021 yang diselenggarakan oleh International Astronomical Union, Office of Astronomy for Education (IAU OAE).

Foto yang menunjukkan fase gerhana bulan tersebut berhasil meraih juara kedua untuk kategori Total Lunar Eclipse, yang diberi judul The Eclipse Between Us.

Menurut Rayhan, saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/8/2021), foto bukan hanya berbicara terkait keindahan, tetapi juga perlu memerhatikan teknik di dalamnya.

Seperti fotografi pada objek lain, astrofotografi juga memiliki teknik tertentu guna mendapatkan hasil yang terbaik terlebih untuk keperluan perlombaan, yang tercermin dari foto astronomi yang diambilnya saat mengabadikan fase gerhana bulan total.

"Perlu dipastikan bahwa kamera tidak bergerak dan tersentuh selama proses pengambilan foto," ujar Rayhan.

Sementara untuk alat yang diperlukan, salah satu karya astrofotografinya yang diambil pada 31 Januari 2018 saat fenomena gerhana bulan total, ia menggunakan kamera DSLR Nikon D5200 dengan Lensa Wide Tokina AT-X Pro 11-16 milimeter yang dipasang di atas tripod.

"Saya arahkan kamera ke arah gerhana dengan komposisi saya dan istri saya di sisi-sisinya." tambah Rayhan.

Dalam mengambil foto fase gerhana bulan total yang ia ikutkan dalam kontes astrofotografi internasional itu, Rayhan mengatakan bahwa ia menggunakan remote intervalometer untuk memotret sequence secara otomatis.

Kamera yang digunakan diatur untuk memotret setiap 4 menit sekali dan menghasilkan puluhan foto.

Dalam proses mengolahnya, foto yang didapatkan ditumpuk (stack) menjadi satu menggunakan Photoshop dengan mode blending lighten. Teknik tersebut dikenal juga dengan teknik multi-expose.

Sebagai bentuk kontribusi di bidang pendidikan, foto tersebut tersedia di bawah Lisensi Internasional, Creative Commons Attribution (CC BY) 4.0 dan bisa digunakan sesuai keperluan asal dengan menyebutkan nama pemiliknya.

Lebih lanjut, Rayhan menjelaskan karena gerhana bulan total merupakan fenomena yang tergolong langka, tentunya banyak orang berbondong-bondong ingin mengamati hal yang sama.

Karenanya, ia mengalami kesulitan dalam mengambil foto benda-benda astronomi tersebut. Terhitung ada sekitar 6000 orang yang hadir di Planetarium, Jakarta, saat itu.

Selain itu, terdapat 15 teleskop lain selain miliknya dan 3 stasiun televisi nasional yang melakukan siaran langsung di tempat yang sama.

Bersama istri, Rayhan berusaha membuat barikade agar kamera yang ia gunakan untuk memotret tidak tersentuh atau bergerak.

Selain faktor tersebut, kesulitan juga dirasakan karena faktor cuaca mendung sehingga pada beberapa sequence foto, bulan tidak nampak.

Kembali mengingat momen saat itu, Rayhan menjelaskan keseruan yang dirasakan, terlebih karena sudah 2 tahun pandemi berlangsung yang menyebabkan interaksi antar manusia menjadi berkurang, membuat mengingat kembali fenomena dengan ribuan orang yang hadir merupakan hal yang menyenangkan.

Keseruan yang sama juga dirasakan pada gerhana bulan total pada 28 Juli 2018 dengan lebih banyak orang yang turut serta menyaksikan fenomena tersebut.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/01/190300523/foto-gerhana-bulan-astronom-indonesia-menangi-kontes-astrofotografi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke