Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER SAINS] Siapa Manusia Indonesia? | Bolehkah Tidur Sekasur dengan Kucing?

KOMPAS.com - Jejak genetika yang ditinggalkan nenek moyang dalam setiap sel orang Indonesia membuktikan mereka adalah pendatang. Klaim terkait manusia Indonesia asli terbukti tidak memiliki dasar ilmiah.

Pembahasan tentang siapa manusia Indonesia menjadi salah satu berita populer Kompas.com di akhir pekan ini.

Selain itu, alasan efek samping vaksin Covid-19 lebih sering dialami perempuan dibanding laki-laki akhirnya diungkap ilmuwan.

WHO juga mengungkap siapa saja yang paling berisiko terinfeksi Covid-19 meski sudah divaksin.

Berita populer lainnya adalah pembahasan tentang kucing. Sebenarnya boleh tidak sih, kucing tidur di kasur yang sama dengan pemiliknya?

Berikut rangkumannya:

1. Siapa manusia Indonesia? Tidak ada pribumi atau nonpribumi

Jejak genetika yang ditinggalkan nenek moyang dalam setiap sel orang Indonesia membuktikan mereka adalah pendatang. Klaim sebagai manusia Indonesia asli terbukti tidak memiliki dasar ilmiah.

Kisah sejumlah orang yang mengikuti uji DNA hanyalah contoh kecil bahwa kita semua adalah pendatang, alias imigran.

"Semua orang Indonesia adalah migran (pendatang)," kata peneliti genetika manusia dan evolusi dari Eijkman Institute, Pradiptajati Kusuma, dalam wawancara dengan BBC News Indonesia, akhir Juli lalu.

Kesimpulan seperti ini menguatkan temuan-temuan sebelumnya pada pengetahuan arkeologi dan linguistik yang mengindikasikan bahwa nenek moyang orang-orang Indonesia adalah pendatang.

Hasil studi genetika Eijkman Institute, yang melibatkan 70 populasi etnik di 12 pulau di Indonesia, membuktikan adanya pembauran beberapa leluhur genetik dari periode dan jalur berbeda.

Pencampuran genetika di Indonesia, demikian kata Pradipta, terkait erat dengan aktivitas migrasi orang-orang dari daratan Asia — dimulai sekitar 50.000 tahun silam — ke wilayah yang kini disebut Indonesia.

Baca selengkapnya di sini:

Siapa Manusia Indonesia? Studi Ungkap Tak Ada Pribumi atau Nonpribumi

2. Alasan efek samping vaksin Covid-19 lebih sering dialami perempuan

Vaksin Covid-19 adalah salah satu upaya untuk menghentikan pandemi Covid-19. Sama seperti vaksin lainnya, vaksin Covid-19 juga dapat menimbulkan efek samping.

Namun, analisis data CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) yang dikumpulkan selama bulan pertama peluncuran vaksinasi Covid-19, menunjukkan bahwa sebagian besar reaksi terhadap suntikan vaksin Covid-19 tidak serius.

Data yang telah diterbitkan dalam Morbidity and Mortality Weekly Report pada bulan Februari lalu ini juga menunjukkan, wanita melaporkan lebih banyak efek samping vaksin daripada pria.

Menurut Betsy Koickel, MD, spesialis kedokteran keluarga di Northwell Health, Levittown, New York, hal itu karena tubuh wanita secara hormonal dan genetik berbeda dari tubuh pria.

Pelajari selengkapnya tentang perbedaan pria dan wanita dalam merespons vaksin di sini:

5 Alasan Efek Samping Vaksin Covid-19 Lebih Sering Muncul pada Wanita ketimbang Pria

3. Siapa yang berisiko terinfeksi Covid-19 setelah vaksin?

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin dan Biologi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Katherine O'Brien menjelaskan, vaksin yang kita miliki untuk melawan Covid-19 adalah vaksin yang sangat efektif.

Dalam hasil uji klinis, sejumlah vaksin memiliki efikasi antara rentan 80-90 persen.

"Tetapi itu tidak berarti bahwa 100 persen orang akan terlindungi dari penyakit," kata Kate dalam video WHO’s Science in 5 on COVID-19: Can I get infected after vaccination? yang tayang di YouTube WHO yang dikutip Kompas.com, Minggu (15/8/2021).

"Tidak ada vaksin untuk penyakit apapun yang memberi perlindungan hingga 100 persen," imbuh Kate.

Kate menjelaskan, ada dua kategori orang yang paling berisiko terinfeksi Covid-19 meski sudah divaksin. Baca selengkapnya di sini:

Siapa yang Berisiko Terinfeksi Covid-19 Setelah Vaksin? Ini Kata WHO

4. Bolehkah tidur sekasur dengan kucing?

Bagi para pemilik kucing, tidur dengan hewan kesayangannya di tempat tidur yang sama bukanlah hal yang baru.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa sekitar 50 persen pemilik hewan peliharaan di Amerika Serikat mengizinkan hewan peliharaannya tidur di tempat tidur miliknya.

Lantas, apakah tidur dengan kucing di tempat tidur yang sama benar-benar aman dan tidak mendatangkan risiko kesehatan?

Dilansir dari Healthline, Dr. Steve Weinberg, pendiri 911 VETS, mengatakan bahwa tidur bersama kucing memberikan rasa senang dan nyaman.

“Kelemahannya adalah kucing merupakan hewan nokturnal,” ujar Dr. Weinberg.

“Seseorang mungkin merasa terganggu saat larut malam atau terbangun di dini hari,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, Dr. Weinberg mengatakan bahwa tidur bersama kucing bisa kontraproduktif dengan pola tidur seseorang.

“Banyak kucing yang suka bermain dan ia akan menggaruk atau menggigit kaki manusia di bawah selimut,” kata Dr. Weinberg.

Selain itu, jika kebersihan kucing tidak terjaga dan ia memiliki banyak kutu di bulunya, manusia bisa tergigit kutu kucing saat tidur bersama.

Sementara itu, ahli lain menekankan bahwa kucing tidak boleh tidur dengan bayi karena sejumlah alasan. Baca selengkapnya di sini:

Bolehkah Kita Tidur dengan Kucing di Kasur yang Sama?

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/16/070200823/populer-sains-siapa-manusia-indonesia-bolehkah-tidur-sekasur-dengan-kucing

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke