Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER SAINS] Penjelasan Muncul Efek Mirip Cacar Usai Vaksin | Foto Bima Sakti, Ada dari Ijen

KOMPAS.com - Ada banyak efek samping yang dirasakan seseorang usai divaksin. Bisa jadi, gejalanya berbeda antara satu orang dengan yang lain.

Seperti sebuah video viral di TikTok yang menceritakan muncul ruam merah dan gelembung-gelembung kecil berisi cairan mirip cacar air usai divaksin.

Apa sebenarnya yang dialami orang dalam rekaman TikTok tersebut menjadi salah satu berita Populer Sains Kompas.com edisi Minggu (20/6/2021) hingga Senin (21/6/2021).

Selain itu, cara mengembalikan hilangnya indra penciuman dan perasa juga menjadi berita populer lainnya.

Topik menarik lainnya adalah tentang fenomena badai galaksi dan foto-foto Bima Sakti dari banyak negara, termasuk di Indonesia yang berhasil diabadikan para fotografer.

Berikut rangkumannya:

Sebuah video yang diunggah akun @cahyani630 viral di TikTok. Dalam video tersebut, tampak seorang pria paruh baya bercerita kulitnya rusak karena muncul ruam-ruam merah setelah vaksin.

Menurutnya, dalam beberapa hari setelah vaksin, tubuhnya terasa tak enak dan muncul ruam –ruam di bagian tangan dan kaki, yang kemudian mejalar ke bagian tubuh lainnya.

Selain itu, di beberapa bagian tubuh, muncul juga benjolan berisi cairan.

Menanggapi hal tersebut, dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Wang Suryany, Sp. KK mengatakan, jika dilihat dari kondisi pria tersebut di video, kemungkinan ia mengalami Bullous Drug Eruption, yaitu reaksi alergi obat dengan gambarannya, timbul ruam-ruam merah dan terbentuk bulla atau gelembung berisi cairan.

“Ini pendapat saya jika dilihat dari videonya ya. Karena saya tidak memeriksa langsung kondisi bapak tersebut, sehingga sulit memastikan apa yang sebenarnya dialami bapak tersebut,” kata dr. Wang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (19/6/2021).

“Bisa juga ini masuk dalam kategori KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang langka,”imbuhnya.

Baca selengkapnya di sini:

Viral di TikTok Video Kulit Rusak Efek Vaksin, Ini Kata Ahli

Bersama indera penciuman, indera perasa bekerja sama untuk mengidentifikasi setiap aroma dan raa.

Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang kehilangan penciuman dan rasa. Infeksi Covid-19 pun bisa ditandai dengan hilangnya indera perasa dan penciuman.

Selain itu, kondisi lain yang dapat menyebabkan hilangnya indera penciuman dan perasa adalah infeksi saluran pernapasan atas, alergi, polip hidung, pengobatan kanker, dan penyakit Alzheimer.

Kemudian, kekurangan gizi, masalah gigi, penuaan, dan paparan bahan kimia juga bisa menyebabkan hilangnya penciuman dan perasa.

Cara mengatasi indera penciuman yang hilang bisa berbeda-beda, bergantung pada penyebabnya.

Baca lebih lanjut di sini:

Cara Mengembalikan Indera Penciuman dan Perasa yang Hilang

Selama berabad-abad, Bima Sakti telah menghiasi langit malam dengan pemandangan indahnya.

Namun di masa ini, sebagian besar orang yang tinggal di kota jarang melihat kemegahan galaksi bima sakti terbentang di langit.

Untungnya, ada fotografer di seluruh dunia yang menangkap dan mengabadikan momen mengagumkan ini.

Diberitakan Earth Sky, Rabu (26/5/2021), Mei dan Juni disebut sebagai musim terbaik Bima Sakti larut malam.

Bulan-bulan terbaik bagi pengamat Belahan Bumi Utara untuk melihat Bima Sakti adalah Februari hingga Oktober, sedangkan pengamat Belahan Bumi Selatan mendapatkan pemandangan terbaik dari Januari hingga November.

Mei dan Juni memberikan jam maksimum visibilitas Bima Sakti di kedua belahan bumi.

Ada 6 foto Bima Sakti terbaik kompetisi Milky Way Photographer of the Year 2021, salah satunya yang diabadikan di Kawah Ijen.

Nikmati pemandangan mengagumkan ini di sini:

6 Pemenang Foto Galaksi Bima Sakti, Salah Satunya dari Kawah Ijen

Menggunakan teleskop radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), para peneliti menemukan badai galaksi raksasa paling awal di alam semesta.

Temuan ini mengungkap evolusi galaksi dan lubang hitam.

Badai galaksi raksasa ini diyakini terbentuk oleh lubang hitam supermasif yang terjadi pada 13,1 miliar tahun yang lalu.

Dilansir dari Phys, Minggu (20/6/2021), di pusat galaksi, banyak lubang hitam supermasif yang bersembunyi. Ukurannya bisa mencapai jutaan hingga miliaran kali lebih besar dari Matahari.

Menariknya, massa lubang hitam secara kasar sebanding dengan massa wilayah pusat galaksi di alam semesta terdekat.

Biasanya, banyak lubang hitam di sebuah galaksi tidak terlihat atau seakan bersembunyi, sehingga mungkin ukurannya tidak akan tampak jelas.

Selengkapnya baca di sini:

Teleskop ALMA Temukan Badai Galaksi Paling Awal, Ungkap Evolusi Galaksi dan Lubang Hitam

https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/21/070000023/populer-sains-penjelasan-muncul-efek-mirip-cacar-usai-vaksin-foto-bima

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke