Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada di Kawasan Cincin Api Indonesia Rawan Gempa, Ini Upaya Antisipasi yang Dilakukan

KOMPAS.com- Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kawasan wilayah Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire.

Cincin Api Pasifik adalah serangkaian gunung berapi di Samudera Pasifik, karena setidaknya terdapat 450 rangkaian gunung berapi aktif dan tidak aktif.

Kawasan ini berbentuk setengah lingkaran atau tapal kuda di sekitar Lempeng Laut Filipina, Lempeng Pasifik, Juan de Fuca dan Lempeng Cocos, serta Lempeng Nazca. Ada banyak aktivitas seismik di daerah tersebut.

Selain itu, di kawasan Cincin Api Pasifik juga identik dengan peristiwa gempa bumi.

Sekitar 90 persen dari semua gempa bumi terjadi di dalam wilayah Cincin Api. Artinya, kehidupan manusia yang tinggal di wilayah ini secara terus-menerus berada dalam bayang-bayang ancaman.

Oleh karena itu, para ahli terus berupaya mengembangkan teknologi yang mampu mendeteksi untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk saat gunung api meletus atau pun gempa bumi terjadi.

Tidak terkecuali yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia.

Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono dalam keterangan tertulisnya mengatakan bahwa berbagai macam upaya sudah dilakukan dalam usaha mengurangi korban akibat bencana gempa bumi.

"Salah satu bentuk implementasinya yaitu berupa langkah preventif dalam bentuk kajian prediksi gempa bumi sudah banyak dilakukan oleh para pakar kegempaan di dunia," kata Rahmat, Sabtu (5/6/2021).

Dalam kajian informasi awal sebelum kejadian gempabumi ada 2 istilah, yaitu prediksi gempa bumi dan prekursor gempa bumi. Berikut penjelasan rincinya.

1. Prediksi gempa bumi

Prediksi gempabumi merupakan kajian untuk menjawab penyediaan informasi parameter gempabumi saat belum terjadi gempabumi.

Rahmat menjelaskan, kajian prediksi ini meliputi kapan gempabumi akan terjadi (aspek waktu), lokasi pusat gempa dan parameter sumber dan mekanisme sumber gempa bumi. 

Dalam pemberitaan sebelumnya, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menegaskan bahwa yang pasti hingga saat ini belum ada satupun negara di dunia yang riset gempanya maju secara formal mengoperasikan prediksi gempa.

Semua yang ada di saat ini hanyalah tergolong masih dalam riset seperti halnya yang dilakukan oleh BMKG.

2. Prekursor gempa bumi

Selain prediksi, kajian informasi gempa bumi berikutnya adalah prekursor gempabumi.

Prekursor gempa bumi adalah kajian atau riset yang mempelajari perubahan fisika yang terjadi di alam, yang dapat dijadikan sebagai petunjuk awal sebelum kejadian gempa bumi.

"BMKG sebagai instansi yang mempunyai tanggungjawab penuh dari aspek informasi gempabumi, selain melakukan tugas dan fungsi monitoring, pengelolaan dan diseminasi juga melakukan tahapan riset yang dimulai dari lingkup riset yg bersifat internal serta lingkup para pakar, dan riset yang langsung publish untuk langsung dimanfaatkan oleh publik," jelas Rahmat.

Daryono menambahkan, BMKG sendiri melakukan kajian precursor gempa menggunakan gas radon tetapi hasilnya belum konsisten. Sehingga, BMKG tidak pernah melakukan publikasi prediksi gempa menggunakan gas radon.

BMKG melaksanakan riset sejak tahun 1980 dan mengembangkan melalui berbagai metode dan pemasangan peralatan.

Di antaranya seperti metode statistik, metode seismic gap dari data-data gempa bumi yang telah lalu, metode dengan data Radon, metode dengan data suhu tanah, metode dengan data magnet bumi, dan metode dengan data TEC (Total Electron Content).

Akan tetapi, dari berbagai riset dan pengembangan oleh BMKG tersebut, yang cukup menjanjikan adalah metode dengan data magnet bumi atau yang disebut dengan Precursor Gempa Bumi dengan metode magnet bumi.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/05/200200823/ada-di-kawasan-cincin-api-indonesia-rawan-gempa-ini-upaya-antisipasi-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke