Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Mencegah Stunting sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak

KOMPAS.com - Masa 1.000 hari pertama atau sekitar tiga tahun kehidupan sejak masih dalam kandungan merupakan masa penting pembangunan ketahanan gizi pada bayi.

Lewat dari 1.000 hari, dampak buruk kekurangan gizi pada ibu hamil akan sulit diobati dan bisa memicu stunting.

Stunting merupakan kondisi anak gagal tumbuh, baik fisik maupun otaknya. Stunting ini sering dihubungkan dengan malnutrisi dan infeksi kronis (non endokrin).

Sebab itu, sangat penting untuk memastikan asupan makanan ibu hamil tercukupi, agar janin berkembang dengan baik.

Apabila asupan makanan ibu cukup dan tidak ada penyulit lain, umumnya janin akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pencegahan stunting pada anak ini dilakukan pada 1.000 hari pertama dengan mencukupi asupan makanan yang seimbang melalui nutrisi makro dan mikro.

Nutrisi memang mengambil peran penting yang perlu menjadi perhatian lebih bagi calon orangtua, mulai sejak masa perencanaan, kehamilan, hingga menyusui.

"Karena hal itulah, ibu hamil harus cukup mengonsumsi makronutrien, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam hal ini, utamakan agar ibu hamil mendapat protein hewani," ungkap Sinteisa Sunarjo, Unit Head Woman Nutrition KALBE Nutritionist.

Hal itu ia sampaikan dalam Konferensi Pers yang diselenggarakan Prenagen bekerja sama dengan Klikdokter bertajuk 'Kolaborasi dari Hulu ke Hilir untuk Mencegah Stunting di Indonesia' , Selasa (3/5/2021).

Lebih lanjut Sinteisa menambahkan, hal ini juga harus diimbagi dengan mengonsumsi mikronutrien, yaitu vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah dan sayuran.

Pencegahan stunting kemudian berlanjut ke periode menyusui. Calon ibu harus memahami cara pemberian ASI yang benar untuk mencegah anak mengalami kurang gizi, khususnya gizi buruk.

Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian MPASI yang benar untuk mendukung tumbuh kembang si kecil.


Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan stunting, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal  bisa terjadi karena buruknya fasilitasi sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan.

Sedangkan faktor internal bisa terjadi akibat kekurangan gizi kronis yang bisa menyebabkan abortus, anemia pada bayi baru lahir, bayi dengan berat badan lahir rendah, cacat bawaan, hingga kematian.

Direktur Bina Akses Pelayanan Keluarga Berencaa BKKBN dr. Zamhir Setiawan mengatakan, jumlah kasus stunting di Indonesia sangat tinggi dibandingkan dengan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan WHO.

"Bahkan hingga akhir tahun lalu, status Indonesia masih berada di urutan keempat dunia dan urutan kedua di Asia Tenggara terkait kasus balita stunting," jelas dr. Zamhir.

Kekurangan gizi kronis pada anak ini nantinya menimbulkan persoalan serius dalam pembangunan sumber daya manusia di masa depan.

"Maka dari itu, orangtua sangat berperan dalam pencegahan stunting sejak dalam kandungan," tegas dr. Zamhir.

Caranya dengan kontrol kehamilan secara teratur agar tumbuh kembang janin optimal. Setelah bayi lahir dipantau tumbuh kembangnya, dengan mengukur setidaknya berat badan dan panjang badan setiap bulan sampai usia 12 bulan.

Apabila diketahui berat badan anak tidak naik untuk periode waktu tertentu, sebaiknya anak dibawa ke fasilitas kesehatan untuk diidentifikasi faktor penyebab dan dilakukan intervensi sesuai penyebabnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/05/170500023/cara-mencegah-stunting-sejak-1000-hari-pertama-kehidupan-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke