Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perspektif Bintang dalam Al Qur'an, Penciptaan Bintang hingga Perilakunya di Akhir Zaman

KOMPAS.com- Dalam sains, bintang adalah bola gas bercahaya. Penjelasan perspektif tentang bintang juga ada dalam Al Qur'an, yang mana bintang juga mengalami fase lahir, muda, dewasa, dan mati.

Sebagian besar unsur pembentuk bintang adalah hidrogen dan helium yang disatukan oleh gravitasinya sendiri. Temperaturnya sangat tinggi di intinya, sehingga terjadi fusi nuklir, menghasilkan energi.

Dikutip dari situs resmi National Aeronautics and Space Administration (NASA), bintang adalah obyek astronomi yang paling dikenal luas dan mewakili blok bangunan dan galaksi yang paling mendasar.

Berdasarkan kajian astronomi, tanpa bintang, manusia tidak akan berada di bumi sama sekali. Sebab, pada awal alam semesta, satu-satunya unsur yang ada adalah hidrogen, delium dan sejumlah kecil lithium.

Bintang-bintang sangat penting untuk pembuatan dan persebaran unsur-unsur berat seperti karbon, nitrogen dan oksigen. Semua elemen lain yang ada terjadi secara alami, terbentuk selama kehidupan dan kematian bintang-bintang. 

Di akhir kehidupan bintang, sebagian materi dihembuskan ke luar angkasa, yang akan menyediakan gas dan debu untuk membentuk bintang-bintang baru, planet-planet dan semua yang ada di dalamnya termasuk tubuh manusia.

Namun, menurut Islam ternyata bintang memiliki perspektif cerita tersendiri. Ada beberapa perspektif tentang bintang dalam Al Qur'an.

Hal ini disampaikan oleh Astronom amatir Indonesia sekaligus Pembimbing dan Pendamping Forum kajian Ilmu Falak (FKIF) Gombong dan Majelis Kajian Ilmu Falak (MKIF) Kebumen Jawa Tengah, Marufin Sudibyo.

"Ada empat perspektif penceritaan bintang di dalam Al Qur'an," kata Marufin kepada Kompas.com, Rabu (31/3/2021).

Berikut penjelasan lebih rinci tentang perspektif bintang di dalam Al Qur'an.

1. Penciptaan bintang

Penciptaan bintang dan gugusan bintang-bintang dapat dilihat di Surat Al-Hijr ayat 16. Di mana secara eksplisit bintang-bintang menjadi penghias langit bagi orang-orang yang memandang. 

Tafsir tahlili Kementerian Agama RI mengaitkan ayat ini dengan Surat al-Furqan ayat 61-62. 

Perspektif bintang dalam Al-Quran secara umum adalah diciptakannya bintang-bintang dengan segala manfaat yang dapat diperolehnya, sesungguhnya ditujukan kepada manusia. 

"Apakah bisa menjadi sosok pembelajar, yang bisa memahami rangkaian keteraturan kosmologis dalam struktur skala besar jagat raya dan mencari cara untuk menerapkan pengetahuan tersebut ke dalam kemajuan peradaban,"  kata dia. 

"Dan juga apakah bisa menjadi sosok yang bersyukur, mengingat dengan mempelajari hal-hal tersebut kita akan banyak bersua dengan asas antropik," imbuhnya.

Asas di mana jagat raya, gugus bintang, tata surya, Bumi tampaknya tercipta untuk mendukung kehidupan umat manusia.

2. Kedudukan bintang sebagai makhluk

Perspektif bintang dalam Al Qur'an yang kedua adalah kedudukan bintang sebagai makhluk dinyatakan salah satunya dalam Al Qur'an Surat al-Hajj ayat 18. 

"Bintang-bintang tunduk kepada hukum-hukum semesta yang Allah SWT tetapkan kepada mereka," ujarnya. 

Lebih lanjut, kata Marufin, dalam perspektif sastrawi, ketertundukan ini dimaknai sebagai sujud. 

Sehingga bintang-bintang sujud kepada Sang Penciptanya dengan mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan kepadanya. Hal ini terwujud dalam hukum-hukum alam seperti yang diketahui dalam dunia ilmu pengetahuan. 

Beberapa hal ini juga ditekankan dalam tafsir tahlili Kementerian Agama RI.

"Sebagai makhluk, bintang juga mengalami tahapan lahir-muda-dewasa-tua-mati,"  jelasnya.

3. Celaan kepada penyembah bintang

Dengan kedudukannya sebagai makhluk, maka status bintang sesungguhnya setara manusia. 

Dengan pengecualian, manusia adalah makhluk biologis sementara bintang merupakan makhluk non biologis. 

"Karena itu menjadikan bintang-bintang tertentu sebagai sesembahan adalah praktik yang terlarang," tuturnya.

Seperti yang dilakukan suku Shabian di Jazirah Arabia dan masyarakat Mesir Kuno. Mereka menjadikan bintang Sirius sebagai sesembahan, padahal ini merupakan bintang biasa. 

Sirius adalah sebuah sistem bintang ganda yang berjarak 8,6 tahun cahaya dari Bumi kita. 

Di dalam Al Qur'an, bintang Sirius adalah satu-satunya bintang yang tertulis dan disebutkan secara spesifik di dalam surah An-Najm (Bintang) ayat 16, dengan nama Asy-syira atau bintang Syi'ra (Sirius).

4. Perilaku anomali bintang di akhir zaman

Perspektif bintang dalam Al Qur'an yang terakhir adalah bagaimana perilaku anomali bintang di akhir zaman.

Seperti yang disampaikan Marufin di atas bahwa sebagai makhluk, bintang juga bisa mati.

Menurut Marufin, secara eksplisit bintang-bintang bisa dihapuskan seperti dinyatakan dalam Surat Al-Mursalat ayat 8, meskipun dalam tafsir tahlili Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa dihapuskannya bintang-bintang terjadi pada hari kiamat.

Setiap bintang akan menjalani tahap kematian. Tahap ini terjadi manakala bahan makanan bintang (yakni unsur-unsur ringan) telah habis, sehingga reaksi fusi termonuklir di inti bintang mulai berhenti. 

"Bintang akan meledakkan diri dengan melepaskan energi paripurnanya yang bergantung kepada massanya," tegasnya.

Pelepasan energi paripurna tersebut akan mewujud sebagai ledakan bintang (nova) maupun bintang meledak. Ledakan bintang yang besar disebut sebagai supernova, yang menjadi tanda bahwa kehidupan suatu bintang berakhir.

Bintang dengan massa rendah mengalami nova dan membentuk bintang cebol atau katai di akhir masa hidupnya. 

Sementara bintang bermassa tinggi akan mengalami supernova dan berubah menjadi bintang neutron atau bahkan lubang hitam di ujung hayatnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/28/193000823/perspektif-bintang-dalam-al-quran-penciptaan-bintang-hingga-perilakunya-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke