Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Masuk Indonesia, Gejala Mirip Varian Asli

KOMPAS.com - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, mutasi virus corona dari Inggris atau B.1.1.7 sudah masuk ke Indonesia.

Pemerintah menemukan dua kasus B.1.1.7 pada Senin (1/3/2021) malam.

"Ini fresh from the oven, baru tadi malam ditemukan dua kasus," kata Dante dalam acara Inovasi Indonesia untuk Indonesia Pulih Pasca Pandemi, Selasa (2/3/2021).
Dante menuturkan, pemerintah telah memeriksa 462 kasus dalam beberapa bulan terakhir.

Hasilnya, ditemukan dua kasus mutasi virus corona tersebut.

Menurut Dante, masuknya mutasi virus corona ini akan membuat penanganan pandemi Covid-19 semakin sulit.

Lantas, apakah ada perbedaan gejala dan tingkat keparahan dari varian virus corona B.1.1.7 dengan yang awal?

Analisis terbaru dari data gejala yang dilakukan peneliti dari King's menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jenis gejala, keparahan, atau durasi penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh varian virus corona B.1.1.7.

Dilansir kcl.ac.uk, 1 Februari 2021, varian B.1.1.7 pertama kali diidentifikasi pada September 2020 di Tenggara Inggris. Hanya dalam waktu singkat, varian B.1.1.7 menyebar ke banyak negara melalui Inggris.

Riset ini menegaskan bahwa varian baru lebih mudah menular, tetapi tidak menyebabkan lebih banyak infeksi ulang atau kemungkinan rawat inap yang lebih besar.

Untuk mengetahui apakah varian B.1.1.7 memengaruhi gejala Covid-19 yang dialami orang, para peneliti yang dipimpin oleh Profesor Sebastien Ourselin, Kepala Sekolah di Sekolah Teknik Biomedis & Ilmu Pencitraan dan Dr Claire Steves dari King's menganalisis lebih dari 65 juta laporan kesehatan yang dikirimkan ke aplikasi ZOE COVID Symptom Study oleh 1,76 juta pengguna antara 28 September dan 27 Desember 2020.

Ini adalah periode ketika varian B.1.1.7 menyebar ke seluruh populasi, terutama di London, Inggris Tenggara dan Inggris Timur.

Hampir setengah juta pengguna melaporkan telah melakukan tes usap virus corona selama waktu ini, dengan 55.192 kasus melaporkan hasil positif.

Para peneliti melihat berapa banyak orang yang melaporkan mengalami salah satu dari 14 gejala utama Covid-19, jumlah total gejala yang dilaporkan oleh setiap individu (indikator tingkat keparahan penyakit mereka) dan apakah gejala tersebut berlangsung selama 28 hari atau lebih.

Mereka juga menghitung rawat inap yang dilaporkan sendiri dan kemungkinan kasus infeksi ulang, di mana seseorang melaporkan dua tes Covid-19 positif yang terpisah setidaknya dalam 90 hari.

Mereka kemudian mencocokkan informasi ini dengan perkiraan prevalensi varian baru di Skotlandia, Wales, dan tujuh wilayah NHS Inggris berdasarkan data dari program pengawasan genomik COG-Inggris dan layanan pengujian Kesehatan Masyarakat Inggris.

Setelah menyesuaikan data dengan usia dan jenis kelamin, serta suhu dan kelembaban setempat, analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jenis, jumlah, atau durasi gejala antara daerah dengan prevalensi B.1.1.7 tinggi dibandingkan dengan mereka dengan prevalensi lebih rendah dan ini tidak berubah saat varian baru menyebar.

Selain itu, ahli juga menemukan tidak ada perbedaan dalam proporsi laporan rawat inap dan infeksi ulang.

Para peneliti mengidentifikasi 249 kemungkinan kasus infeksi ulang selama masa penelitian, mewakili tingkat infeksi ulang 0,7 persen yang sebanding dengan penelitian sebelumnya dari varian virus sebelumnya.

Ini adalah tanda positif bahwa kekebalan yang dibangun melalui vaksinasi terhadap varian yang lebih awal juga dapat melindungi dari varian B.1.1.7.

Namun para peneliti juga menegaskan bahwa varian baru lebih mudah ditularkan daripada versi virus yang ada, meningkatkan nilai R (ukuran penularan) sekitar sepertiga (35 persen).

"Varian Kent B.1.1.7 tampaknya tidak mengubah gejala, keparahan atau durasi Covid-19 ketika kami memperhitungkan perubahan musim dan usia orang yang terkena dampak," kata Dr Claire Steves dari School of Life Course Sciences.

"Penting untuk menekankan berbagai gejala yang dapat disebabkan oleh varian baru dan lama, seperti sakit kepala dan sakit tenggorokan, selain tiga serangkaian gejala klasik (batuk, demam, dan hilangnya penciuman)."

Profesor Tim Spector OBE dari School of Life Course Sciences menambahkan, sebenarnya ada pertanyaan kunci terkait varian B.1.1.7.

“Pertanyaan kuncinya adalah apakah kekebalan akan hilang dengan strain baru," katanya.

"Analisis kami menemukan bahwa dari setiap 1.000 orang yang sebelumnya terinfeksi virus, hanya 7 yang terinfeksi ulang dan tingkat ini tidak terpengaruh oleh varian Kent yang baru," imbuh dia.

Infeksi ulang masih sangat jarang beberapa bulan setelah infeksi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa imunitas alami dan vaksin akan efektif melawan jenis baru ini.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/03/130200123/mutasi-virus-corona-b117-masuk-indonesia-gejala-mirip-varian-asli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke