Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Awan Cumulonimbus, Bisa Picu Puting Beliung hingga Banjir Bandang

KOMPAS.com- Awan cumulonimbus adalah jenis awan cumulus yang terkait dengan badai petir (thunderstorm) dan hujan lebat.

Kemunculan awan ini bisa memberi banyak dampak pada cuaca dan fenomena alam, seperti angin puting beliung. Bahkan, dapat merusak seperti tornado, yang sering terjadi di Amerika Serikat.

Dampak awan cumulonimbus dapat memicu cuaca ekstrem, tidak hanya angin puting beliung.

Hujan dengan intensitas tinggi juga bisa terjadi, akibat aktivitas awan Cb ini, yang dapat berpotensi menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir bandang.

Dikutip dari rilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), seperti fenomena mirip angin puting beliung yang terjadi di atas Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, yang disebut waterspout adalah salah satu dampak dari aktivitas awan cumulonimbus (Cb).

Menurut ahli tornado Jepang, Tetsuya Fujita dari Universitas Chicago, angin puting beliung atau disebut juga dengan small tornado memiliki kecepatan angin dan dampak kerusakan di kisaran di bawah skala F-2.

Terbentuknya puting beliung hingga yang paling merusak seperti angin tornado, tak terlepas dari dampak aktivitas awan cumulonimbus.

Sebab, awan ini terbentuk sangat cepat sehingga dapat memicu cuaca ekstrem, seperti badai guruh, angin puting beliung, maupun waterspout yang terjadi di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri.

Aktivitas awan cumulonimbus atau cumulus congestus yang intens di suatu tempat juga perlu diwaspadai. Pasalnya, keadaan tersebut dapat berpotensi membangkitkan puting beliung.

Sebabkan badai petir hingga banjir bandang

Mengapa awan cumulonimbus berbahaya?

Awan Cb tak hanya dapat membangkitkan fenomena alam seperti angin puting beliung, tornado, maupun waterspout, baik yang merusak maupun tidak merusak.

Dilansir dari jurnal Science Direct, Kamis (21/1/2021), badai cumulonimbus adalah salah satu fitur awan paling dramatis dan merupakan komponen vital dalam sirkulasi atmosfer.

Invidual sel awan cumulonimbus dapat terjadi pada skala horizontal sekitar 10 km dan umumnya meluas ke tropopause dalam skala waktu sekitar satu jam.

Badai ini biasanya melibatkan transisi mikrofisika yang cepat dan aktif, di antara uap air, tetesan awan, hujan dan berbagai bentuk es.

Perubahan tersebut dapat terjadi dalam skala waktu beberapa menit, namun sistem badai dapat bertahan selama berjam-jam.

Dalam badai cumulonimbus, penguapan dalam aliran turun yang didorong oleh presipitasi menyebabkan genangan udara dingin di permukaan, dan ini menjalar seperti arus kepadatan, sekitar kedalaman 1 km, ke lapisan batas lingkungan.

Pengangkatan paksa di depan hembusan bertindak untuk memicu sel konvektif baru.

Meskipun bagian depan embusan menyebar ke segala arah keluar dari sumbernya, namun pengangkatan dioptimalkan dalam arah tertentu sehubungan dengan angin sekitar.

Pada gilirannya, kondisi ini akan memberi umpan balik pada morfologi sistem awan cumulonimbus.

Dalam beberapa kasus, di mana ada keseimbangan antara aliran ambien dan kolam dingin, badai stasioner dapat berkembang.

Dampak yang bisa ditimbulkan yakni dapat menyebabkan curah hujan yang intens dalam waktu lama di lokasi tetap, dengan kemungkinan dapat menyebabkan banjir bandang.

Awan cumulonimbus yakni awan konvektif yang menghasilkan presipitasi, jika updraft cukup kuat, maka awan dapat mengandung muatan listrik yang tinggi.

Sebab, wilayah partikel bermuatan positif dan negatif yang terbentuk dari gesekan tetesan awan, hujan dan es, terdistribusi ke ruang angkasa di dalam awan.

Saat perbedaan muatan ini cukup kuat, medan listrik bisa menjadi cukup kuat untuk menghasilkan petir.

Petir adalah bahaya lain yang disebabkan oleh awan cumulonimbus, selain angin dan hujan lebat.

Badai konvektif yang terbentuk dari awan cumulonimbus yang menghasilkan kilat dan guntur dikenal juga sebagai badai petir.

Jika curah hujan cukup deras atau angin bertiup kencang, dapat menyebabkan kerusakan pada tanah, sehingga badai dianggap parah.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/21/182700823/dampak-awan-cumulonimbus-bisa-picu-puting-beliung-hingga-banjir-bandang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke