Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Beda Waterspout Waduk Gajah Mungkur dan Angin Puting Beliung

KOMPAS.com- Fenomena alam mirip puting beliung yaitu waterspout menerjang kawasan Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah padapukul 16.00 WIB, Rabu (20/1/2021).

Namun, meskipun tampak serupa, ternyata fenomena angin puting beliung dan waterspout merupakan dua hal yang berbeda.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjelaskan terdapat perbedaan mendasar antara fenomena waterspout dan angin puting beliung akibat kondisi anomali cuaca.

Menurut Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lapan, Dr Erma Yulishatin dalam keterangan resminya di akun instagram @lapan_ri mengatakan bahwa perbedaan waterspout dengan puting beliung dapat diidentifikasi dari koneksinya dengan media air yang terdapat di bagian dasarnya.

Berikut perbedaan waterspout dan angin puting beliung;

1. Angin puting beliung 

Menurut ahli, tornado keturunan Jepang, Tetsuya Fujita dari Universitas Chicago, angin puting beliung atau disebut juga dengan small tornado memiliki kecepatan angin dan dampak kerusakan pada kisaran di bawah skala Fujita-2 (F-2).

"Dengan demikian, puting beliung memiliki lintasan kurang dari satu kilometer dengan durasi hidup di bawah satu jam," kata Erma.

Ditambahkan oleh Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo, angin puting beliung pada dasarnya memiliki pusat dengan bertekanan udara lebih rendah ketimbang bagian di sekelilingnya.

"Sehingga, udara pun berhembus kencang dari bagian luar ke arah pusat," kata Marufin dalam pernyataan yang terpisah.

Maka daripada itu, umumnya peristiwa angin puting beliung sering terjadi di darat daerah perbatasan antara kota dan desa, karena terdapat perbedaan suhu dingin dan panas di kawasan itu.

Puting belung terbentuk sebagai imbas bertemunya udara panas dan dingin, sehingga terjadi kondensasi massif. 

Pertemuan itu membentuk pusaran angin perlahan, semula berkedudukan horizontal. 

Lewat proses yang luar biasa pusaran tersebut kemudian menjadi tegak vertikal disertai pembentukan kumpulan awan Cumulonimbus yang massif. Di mana Cumulonimbus (Cb) memang tergolong tipikal awan produsen hujan deras dan badai. 

"Dari dasar kumpulan awan itulah puting beliung bisa terbentuk," ujar Marufin.

Bersyukur bahwa Indonesia ada di wilayah khatulistiwa, sehingga ukuran pusaran relatif kecil dan durasinya pun singkat. 

Bandingkan dengan daratan Amerika Serikat, yang menderita ancaman sejenis yang permanen dalam bentuk tornado, yang jauh lebih besar, lebih lama dan lebih merusak. 

2. Waterspout

Sedangkan, waterspout adalah tornado yang terkoneksi dengan air dan memiliki skala mikro.

Oleh karena itu, fenomena ini hanya dapat terjadi di atas danau, tambak, sungai, bendungan dan lain-lain.

Maka, kata Marufin, dari mekanisme awal yang sama dengan angin puting beliung di atas, di mana pada dasarnya fenomena tersebut memiliki pusat dengan bertekanan udara lebih rendah ketimbang bagian di sekelilingnya, sehingga udara pun berhembus kencang dari bagian luar ke arah pusat.

Kedudukannya di belahan Bumi selatan menjadikan hembusan kencang itu berpusar searah jarum jam, mematuhi gaya Coriolis seiring rotasi Bumi. 

Manakala dasar pusaran menyentuh permukaan waduk, air pun terangkat laksana memasuki sedotan raksasa yang transparan. 

"Air tersebut tersedot karena tekanan pada pusat pusaran lebih kecil ketimbang tekanan di permukaan air," jelas Marufin.

Adapun fase kehidupan waterspout adalah sebagai berikut:

  1. Fase pembentukan awal, pada tahap ini terdapat dukungan temperatur, kelembapan dan pergeseran angin yang menjadi syarat bagi pembentukannya
  2. Fase awan cerah terbentuk di atas permukaan air.
  3. Awan cerah tersebut dikelilingi oleh awan di sekitarnya yang berwarna abu gelap.
  4. Pembentukan corong berwarna terang yang memanjang dan berbentuk spiral.
  5. Corong spiral memanjang mulai tampak oleh pengamatan visual dan di bagian permukaan air terbentuk percikan air ke segala arah.

Pada saat tahapan kelima itu, peluruhan waterspout terjadi ketika terdapat udara lembap atau uap air yang masuk ke dalam corong badainya.

Erma menjelaskan bahwa waterspout secara visual dapat dikenali dari bentuknya yang seperti suatu belalai atau corong pipa panjang dan terlihat turun dari suatu awan jenis cumulus congestus atau awan cumulonimbus.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/21/172800923/ini-beda-waterspout-waduk-gajah-mungkur-dan-angin-puting-beliung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke