Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diabetes Berisiko Kebutaan Akibat Retinopati Diabetik, Bagaimana Terjadinya?

Diabetes selain mengganggu kesehatan tubuh, juga merupakan penyakit yang dapat berdampak atau memicu berbagai penyakit kritikal lainnya seperti kanker, kardiovaskular, jantung, dan lain sebagainya.

Namun, ada satu dampak penyakit diabetes mellitus yang jarang sekali disadari oleh masyarakat ataupun penderitanya, yaitu risiko gangguan mata hingga kebutaan akibat diabetes yang disebut Retinopati Diabetik.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya 2,2 miliar orang secara global memiliki gangguan penglihatan atau kebutaan.

Sekitar 1 miliar orang diantaranya memiliki gangguan penglihatan yang sebenarnya bisa dicegah atau belum ditangani, dan 3 juta orang memiliki gangguan penglihatan atau buta akibat Retinopati Diabetik.

Retinopati Diabetik termasuk 3 besar komplikasi diabetes terbanyak dan penyebab kebutaan global ke-5 terbesar saat ini, yang menyebabkan 4,5 juta orang menjadi buta atau tunanetra pada tahun 2010.

Serta, fakta lainnya menyebutkan bahwa 1 dari 3 orang dengan diabetes melitus dapat mengalami komplikasi retinopati diabetik.

Bahkan, 1 dari 10 pasien retinopati diabetik ini memiliki tingkat yang mengancam penglihatan, meski pada tahap awal tidak menunjukkan gejala apapun.

Mekanisme diabetes mengakibatkan retinopati diabetik

Seperti diketahui, diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.

Sementara, insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kada gula darah di dalam tubuh.

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Mata Konsultan Prof dr Arief S Kartasasmita SpM(K) PhD mengatakan, bahwa retinopati diabetik terjadi saat kadar darah yang tinggi merusak pembuluh darah di retina mata. Sehingga, hal ini menyebabkan penglihatan kabur hingga kebutaan. 

"Kerusakan pada retina ini sering tidak dirasakan oleh pasien terutama pada fase-fase awal penyakit, sehingga banyak pasien yang datang berobat pada keadaan yang sudah lanjut, dan perlu diingat kondisi ini akan bersifat permanen, apabila tidak segera ditangani dengan tepat," jelasnya.

Arief juga menegaskan, walau masih dalam masa pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan akan berakhi, para pasien diabetes diimbau untuk tetap melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin, tentunya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

"Hal ini perlu dilakukan guna memastikan penyakitnya tetap terkendali, serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya perburukan penglihatan," ujarnya.

Berdasarkan hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan oleh PERDAMI dalam kurun 2014 hingga 2016, sebanyak 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, 1,6 juta menderita kebutaan, dan 6,4 juta menderita gangguan penglihatan skala sedang hingga berat.

Namun, tidak berarti semua orang yang menderita diabetes saat ini juga akan mengalami gangguan retinopati diabetik. 

Sebab, ada faktor risiko lain yang akan meningkatkan potensi seseorang dengan diabetes, mengalami gangguan penglihatan hingga dampak kebutaan pada kondisi terburuknya.

Beberapa faktor risiko tersebut adalah berapa lamanya atau durasi diabetes dialami, kadar gula darah tidak terkontrol, hipertensi, hiperlipidemia (kadar lemak dalam darah tinggi) dan perawatan diabetes yang tidak tepat.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/18/183000423/diabetes-berisiko-kebutaan-akibat-retinopati-diabetik-bagaimana-terjadinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke