Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penderita Rematik Terhindar dari Infeksi Covid-19 Parah, Kok Bisa?

KOMPAS.com- Para peneliti di American College of Rheumatology melaporkan temuan unik terkait infeksi Covid-19 pada penderita penyakit rematik.

Hasil studi tersebut disampaikan dalam sebuah pertemuan tahunan ACR Convergence yang merinci bahwa ternyata infeksi Covid-19 yang dialami orang dengan penyakit rematik sangat rendah.

Bahkan, sebagian besar dari mereka dengan penyakit tersebut hanya terinfeksi Covid-19 ringan, tingkat kematian juga rendah pada kelompok pasien ini.

Seperti yang diketahui, Covid-19 adalah penyakit baru yang cukup berbahaya bagi mereka yang memiliki penyakit kormobid atau penyakit penyerta.

Sejak menjadi pandemi global, penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus corona baru SARS-CoV-2, tidak ditemukan risiko serius, komplikasi maupun kematian pada pasien yang memiliki penyakit rematik.

Dilansir dari Science Daily, Minggu (8/11/2020), kebanyakan pasien dengan penyakit ini diobati dengan obat penekan kekebalan (imunosupresan) yang semestinya dapat membuat mereka menjadi lebih rentan terhadap infeksi.

Namun, saat awal pandemi, tidak jelas bagaimana orang dengan penyakit rematik yang sedang menjalani terapi imunosupresan tersebut, dapat terpengaruh infeksi Covid-19.

Dalam sejumlah penelitian awal, bahkan memberi kesan bahwa obat ini dapat memiliki efek perlindungan, tetapi kekhawatiran tetap ada terkait kerentanan populasi pasien ini terhadap infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

Untuk mempelajari lebih lanjut, para peneliti meninjau secara sistematis studi yang melaporkan hasil infeksi Covid-19 di antara pasien dengan penyakit rematik yang menggunakan terapi biologis dan terarah.

"Ketika pandemi dimulai, ada kekhawatiran apakah terapi kekebalan di antara pasien dengan penyakit rematik dapat dilanjutkan, karena mereka berisiko tinggi terkena infeksi," kata rekan penulis studi tersebut, Akhil Sood, MD, seorang residen penyakit dalam di reumatologi Cabang Medis Universitas Texas di Galveston.

Para peneliti tertarik untuk melihat apakah pasien rematik berada pada peningkatan risiko infeksi Covid-19.

Jika mereka terinfeksi, peneliti juga ingin mengetahui tingkat keparahan perjalanan klinis mereka.

Selanjutnya, studi ini nantinya dapat membantu peneliti untuk menentukan apakah aman untuk melanjutkan atau menahan terapi kekebalan dalam pengaturan infeksi Covid-19 terhadap pasien dengan penyakit rematik.

Secara sistematis, para peneliti mencari berbagai laporan terkait Covid-19 pada pasien dengan penyakit rematik dan mengidentifikasi penelitian yang relevan di jurnal PubMed, Medline dan Scopus, dari periode Januari hingga Juni 2020.

Mereka juga memilah informasi pasien berdasarkan demografis dan penggunaan biologis pasien atau terapi yang ditargetkan dengan penghambat Janus kinase (JAK).

Selanjutnya, mereka mengukur hasil Covid-19 terkait rawat inap, masuk ke ICU hingga kematian.

Berdasarkan gejala klinisnya, pasien dibagi menjadi dua kelompok, yakni parah, atau mengalami peningkatan risiko gagal napas atau komplikasi yang mengancam jiwa atau gejala tidak berat.

Hasil ulasan terakhir termasuk 6.095 pasien dengan penyakit rematik dari delapan studi kohort observasi, dengan 28 persen memiliki rheumatoid arthritis (RA) dan 7 persen memiliki psoriatic arthritis (PsA).

Dari jumlah pasien tersebut, hanya 123 pasien atau 2 persen yang positif atau diduga memiliki gejala Covid-19.

Sedangkan pada semua studi yang ditinjau, 68 persen pasien Covid-19 memakai obat biologis, dengan 31 persen memakai obat anti-TNF, serta 6 persen memakai penghambat JAK.

Di antara pasien yang terinfeksi virus corona, 91 orang atau 73 persen tidak pernah dirawat di rumah sakit. Selanjutnya, terdapat 13 pasien yang dirawat di rumah sakit harus dirawat di ICU dan 4 pasien meninggal.

"Dalam analisis kami, ada sejumlah kecil pasien yang menjalani terapi biologis dan terarah untuk membuat kesimpulan pasti tentang apakah akan melanjutkan atau menahan terapi," kata Dr. Sood.

Penelitian ini masih menunggu penelitian ekstensif tambahan yang mencakup lebih banyak pasien dengan penyakit rematik pada terapi biologis dan bertarget.

Para peneliti berharap studi ini dapat membantu mengidentifikasi pasien mana yang harus dipantau secara ketat dan mungkin mengembangkan kewaspadaan untuk mengurangi risiko infeksi parah Covid-19 pada pasien dengan penyakit rematik.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/09/100400223/penderita-rematik-terhindar-dari-infeksi-covid-19-parah-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke