Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misteri Menghilangnya Virus Mematikan dari Cacar Zaman Viking sampai SARS

KOMPAS.com- Para ilmuwan mengungkapkan beberapa jenis virus menghilang tanpa jejak, sedangkan lainnya masih bertahan hingga berabad-abag.

Menghilangnya beberapa virus begitu saja, memunculkan misteri dan tanda tanya bagi para ilmuwan. Salah satunya virus cacar kuno yang ditemukan para ilmuwan Inggris yang terdapat pada 37 kerangka, yang diduga para korban eksekusi lebih dari seribu tahun lalu.

Kerangka-kerangka ini ditemukan di lahan St John's College di Oxford dan saat para ilmuwan menganalisis DNA jasad-jasad ini, di antaranya menderita cacar, seperti dikutip dari BBC Indonesia, Selasa (29/9/2020).

Menariknya, virus cacar yang ditemukan dalam beberapa jasad tersebut, bukan jenis yang sama di sepanjang sejarah modern. Sebab, virus cacar di masa yang lebih modern telah punah pada tahun 1970-an, ketika program vaksinasi dilakukan secara masif.

Kendati virus cacar kuno itu berasal dari jalur yang sangat berebda, dan menghilang begitu saja selama berabad-abad lalu, namun, sepertinya penyakit cacar yang mematikan itu telah punah dua kali.

Lantas, mengapa beberapa virus dapat menghilang begitu saja?

Saat ini, kita juga tengah dihadapkan dengan jenis virus baru yang kali ini menjadi pandemi global dengan penyakit Covid-19. Virus corona baru, SARS-CoV-2 yang masih memiliki kerabat dengan SARS yang mewabah pada 2003 lalu, kini menjadi ancaman baru bagi dunia.

Sementara virus SARS itu sendiri menghilang begitu saja. Virus ini pertama kali muncul pada 10 Februari 2003, setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Beijing, China, menerima surel berisi cerita tentang penyakit menular yang aneh, dan telah menewaskan 100 orang dalam sepekan.

Kasus pertama banyak ditemukan di Guangdong, sebuah provinsi di pesisir tenggara China yang terkenal dengan banyak restoran. Dua tahun kemudian, virus tersebut telah menginfeksi sedikitnya 8.096 orang dan menewaskan 774 orang.

SARS tiba-tiba menghilang

Sama seperti Covid-19, SARS adalah virus RNA yang disebut berpotensi mendominasi dunia.

Sebab, SARS adalah virus RNA yang artinya, ia mampu berevolusi dengan cepat dan penularannya melalui droplet yang dikeluarkan orang, baik saat bernapas, maupun berbicara dan sulit untuk dihindari.

Para ilmuwan dunia sempat mencemaskan keberadaan wabah ini, sebab virus ini dapat menyebabkan kehancuran dalam skala yang sama dengan krisis HIV, atau bahkan, pandemi flu 1918 yang menginfeksi sepertiga populasi dunia dan menewaskan 50 juta jiwa.

Akan tetapi yang mengejutkan, tiba-tiba SARS menghilang secepat kemunculannya yang mengejutkan dunia. Pada Januari 2004, hanya ditemukan sedikit kasus.

Sarah Cobey, ahli epidemiologi di University of Chicago, mengatakan SARS akhirnya punah berkat kombinasi tindakan penelusuran kontak yang canggih, serta sifat unik dari virus itu sendiri.

SARS adalah salah satu virus mematikan, sebab, saat pasien terinfeksi maka akan mengalami sakit yang parah. Tingkat kematian akibat infeksi virus tersebut sangat tinggi.

Namun, masa inkubasi virus SARS relatif lebih lama, sehingga para tenaga kesehatan memiliki banyak waktu untuk melakukan tracing untuk menemukan siapa saja yang tertular.

Kendati demikian, tanpa upaya global untuk mengeliminasi SARS, dan sifat bawaan dari virus tersebut yang membuatnya lebih mudah dihadapi, hampir dipastikan pandemi itu akan memburuk dan tidak terkendali.

Selain SARS, hanya ada dua virus lain yang didorong ke ambang kepunahan, yakni cacar dan rinderpest, yang menginfeksi hewan ternak.

"Tidak mudah, sangat sulit saat Anda mendapat virus yang telah beradaptasi dengan baik," ungkap Stanley Perlman, ahli mikrobiologi di Universitas Iowa.

Akhir perang dengan kedua virus tersebut telah dilakukan dengan vaksin, yang juga dipastikan akan mengeliminasi polio. Angka kasus polio dikabarkan telah menurun hingga 99 persen sejah tahun 1980-an.

Tampaknya, virus campak juga akan segera menyusul virus polio menuju kepunahan, meski saat ini upaya itu terhambat oleh perang, gerakan antivaksin dan Covid-19.

Virus tidak akan punah

Sayangnya, ada beberapa virus yang sepertinya tidak akan punah, karena manusia bukan satu-satunya inang bagi mereka.

Seperti wabah Ebola, pada manusia telah berakhir beberapa kali. Setidaknya ada 26 wabah di Afrika sejak virus ebola ditemukan pada tahun 1976.

Umumnya, wabah cenderung terjadi ketika virus melompat dari hewan ke manusia lalu menginfeksi atau menular ke manusia yang lain. Biasanya virus melompat dari kelelawar dan selama masih ada hewan ini, virus mungkin akan selalu ada.

Berdasarkan analisis Emma Glennon dan koleganya di Universitas Cambridge, di Guinea, Afrika Barat ditemukan beberapa jenis Ebola yang memiliki perbedaan tipis. Tim peneliti menduga kemungkinan virus tersebut telah berpindah dari satu hewan ke manusia kira-kira sebanyak 118 kali secara terpisah. 

Ilmuwan mengungkapkan dari enam spesies Ebola, hanya ada satu vaksin untuk satu spesies, yakni yang menewaskan 11.000 orang di Afrika Barat antara 2013 dan 2016.

"Pada SARS menghilang karena tidak ada inang yang jelas," kata Perlman.

Sebab, SARS diduga melompat ke manusia dari musang palem, mamalia hutan yang dianggap sebagai makanan lezat di China.

Kendati demikian, Perlman menunjukkan bahwa virus tidak begitu saja kembali ke spesies ini, karena inang tersebut juga biasanya tidak terinfeksi. Kemungkinan saja, kelelawar menjadi salah satu dari penyebab penularan ke manusia.

Namun, hal ini tidak dapat dikatan sama pada Covid-19, yang memang diperkirakan berasal dari kelelawar.

"Dengan Covid-19, reservoarnya sekarang adalah kita (manusia)," imbuh Perlman.

Faktanya, SARS-CoV-2 telah menjadi virus yang begitu khas manusia, sehingga para ilmuwan bertanya-tanya apakah virus ini malah akan menular dari manusia ke satwa liar dan ini akan membuatnya menjadi lebih sulit dibasmi.

Dugaan ini membawa kita ke skenario lain yang mungkin, yakni virus yang terus menerus ada pada manusia. Meskipun mereka bisa jadi ada bersama spesies kita selamanya, ternyata garis keturunan virus individu menghilang secara teratur.

Ian Lipkin, seorang ahli epidemiologi di Universitas Columbia, New York mengungkapkan istilah 'punah' pada virus yang menghilang menurutnya mungkin terkesan menyesatkan.

"Virus dapat hadir di banyak lokasi. Sangat tidak mungkin untuk memastikan apakah virus telah punah," kata dia.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/29/180200723/misteri-menghilangnya-virus-mematikan-dari-cacar-zaman-viking-sampai-sars

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke