Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli: Sebaiknya Uji Vaksin Corona Sinovac Dilakukan di Zona Merah, Kenapa?

KOMPAS.com - Vaksin corona buatan China telah mulai disuntikkan ke sejumlah relawan untuk menguji efektivitas vaksin dalam melawan pandemi virus corona.

Di Indonesia, uji fase 3 vaksin Sinovac ini dilakukan Bio Farma dan para peneliti di Universitas Padjajaran. Ada sekitar 1.600 relawan yang berpartisipasi dalam uji vaksin corona tersebut.

Perlu diketahui, dari sejumlah relawan tersebut terbagi menjadi dua kelompok, satu kelompok diberi suntikan vaksin virus corona dan kelompok kedua disuntikkan plasebo atau tanpa vaksin.

Ahli Biologi Molekuler Indonesia, Ahmad Utomo mengatakan uji vaksin corona di Indonesia dilakukan secara randomisasi atau acak yang sifatnya 'double blind'.

"Artinya, baik orang divaksinasi dan orang yang memberikan tidak mengetahui, apakah yang disuntikkan itu vaksin atau plasebo. Jadi sama-sama tidak tahu," jelas Ahmad kepada Kompas.com, Minggu (13/9/2020).

Ahmad menegaskan bahwa ini adalah hal biasa yang terjadi dalam pengujian vaksin virus.

Kendati demikian, Ahmad mengungkapkan pengujian vaksin virus, idealnya dilakukan di wilayah yang memang kasus infeksinya tinggi.

Sementara di Indonesia, pengujian vaksin Sinovac dilakukan di Jawa Barat, khususnya di wilayah Bandung, di mana angka kasus Covid-19 tidak setinggi DKI Jakarta, maupun wilayah berzona merah.

Namun, pengendalian virus corona di wilayah ini dinilai cukup baik, karena sejalan dengan agresifnya pemerintah Jawa Barat menyerukan protokol kesehatan, 3T (test, tracing, treatment) dan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak).

"Masyarakat harus tahu bahwa sains itu sangat tidak empatik. Artinya, apapun itu harus punya data, punya bukti bahwa vaksin ini efektif," jelas Ahmad.

Alasan uji vaksin Sinovac di luar China

Menurut Ahmad, wabah virus corona di Jawa Barat, terutama di Bandung sebagai lokasi uji klinis vaksin corona, seharusnya berada di zona merah.

"Bahkan, tidak boleh berhenti sampai bulan Juli, yakni target uji klinis vaksin," ungkap dia.

Lantas, mengapa harus zona merah untuk menguji vaksin virus?

Ahmad menjelaskan dengan lokasi pengujian vaksin di kawasan zona merah, maka perbedaan antara yang diberi vaksin dan plasebo (yang tidak diberi vaksin) itu dapat terlihat jelas.

"Itulah salah satu alasan juga, mengapa vaksin Sinovac ini tidak diujikan di China, tempat asalnya," kata Ahmad.

Kendati pandemi virus corona awalnya muncul di China, namun saat ini angka infeksi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 sudah dapat dikendalikan.

"Penduduk China itu ada 1 miliar lebih, tetapi dari kabar terbaru, angka infeksi di seluruh China raya hanya sekitar 30 kasus. Itu mengapa vaksin Sinovac ini diuji di Indonesia dan negara lain," jelas Ahmad.

Artinya, lanjut Ahmad, jika vaksin tersebut diujikan di China, maka besar kemungkinan studi efektivitas vaksin tidak berhasil.

"Bukan berarti itu membuktikan vaksinnya jelek. Tapi kita harus ada bukti bahwa yang tidak divaksin itu potensi terinfeksi Covid-19 akan lebih tinggi," papar Ahmad.

Vaksin Sinovac dinyatakan berhasil dan efektif apabila memenuhi hasil uji klinis, jika terdapat 0 kasus Covid-19 per 800 orang (relawan disuntik vaksin). Dan 80 kasus Covid-19 per 800 orang (disuntik plasebo).

"Artinya, berarti vaksin corona ini memberikan proteksi 100 persen terhadap infeksi virus corona baru," jelas Ahmad.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/14/070200823/ahli--sebaiknya-uji-vaksin-corona-sinovac-dilakukan-di-zona-merah-kenapa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke