Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Pendahuluan Prediksikan, Jambu Biji Berpotensi Hambat Virus Corona

KOMPAS.com - Studi pendahuluan (preliminary) yang dilakukan oleh gabungan peneliti kedokteran Universitas Indonesia (UI), Farmasi UI dan IPB memprediksikan bahwa senyawa pada jambu biji mungkin memiliki kemampuan untuk menghambat infeksi SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Dipaparkan dalam konferensi pers "#FKUIPeduliCovid19, Bahan Alam Indonesia sebagai Kandidat Potensial untuk Mencegah Covid-19", dari semua tanaman herbal yang dianalisis, jambu biji ditemukan memiliki senyawa potensial paling lengkap.

Tim peneliti menemukan hal ini setelah melakukan analisis big data dan machine learning dari basis data HerbalDB yang berjumlah 1.377 senyawa herbal dan pemetaan farmakofor dengan metode struktur dan ligand, serta konfirmasi hasil menggunakan pemodelan molekuler untuk dievaluasi antivirusnya.

Lewat skrining aktivitas terhadap ratusan protein dan ribuan senyawa herbal terkait mekanisme kerja virus, lantas diperoleh beberapa golongan senyawa yang berpotensi untuk menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2 menginfeksi manusia.

Golongan senyawa itu antara lain hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin yang terkandung dalam jambu biji yang berdaging buah merah muda, kulit jeruk dan daun kelor.

Namun, dari semua tanaman herbal Indonesia yang berpotensi, tim peneliti paling merekomendasikan jambu biji karena paling lengkap senyawanya dan mudah dikonsumsi masyarakat.

Untuk diketahui, obat-obatan yang telah digunakan untuk penanganan SARS, dan kini sedang diuji klinis untuk SARS-CoV-2, memiliki kemampuan untuk menghambat replikasi virus dalam tubuh dan penempelan virus melakui pengikatan terhadap reseptor manusia.

Obat-obatan inilah yang menjadi rujukan studi ini, dan senyawa-senyawa pada jambu biji diprediksi secara bioinformatika memiliki kemampuan serupa dalam menghambat virus SARS-CoV-2.

Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menjelaskan bahwa secara sederhana, yang dilakukan oleh para peneliti adalah merangkum hasil temuan yang dilakukan di luar dan membandingkannya dengan senyawa herbal yang tersedia di Indonesia.

Penelitian dilakukan secara bioinformatika dengan mencari kecocokan antara komponen virus, novel target therapy dan bahan-bahan kimia hingga ditemukan bahwa jambu biji cukup menjanjikan, meski perlu penelitian lebih lanjut.

Perlu penelitian lebih lanjut

Salah satu anggota tim peneliti, Rafika Indah Paramita, M.Farm, Apt., juga menegaskan bahwa ini baru berdasarkan hasil studi preliminary menggunakan bioinformatika, sehingga masih membutuhkan penelitian lanjutan, mulai dari in vitro (pada tingkat sel), hewan hingga manusia.

Dia mengatakan, kalau senyawa yang di jambu yang kami kerjakan memang kami targetkan ke situ (mengikuti mekanisme aksi obat-obatan). Namun, apakah benar yang ada di jambu bisa terbukti bisa seperti yang di obat? Kami belum sampai ke sana.

"Jadi, secara komputasi, secara prediksi, memang iya, bisa menghambat (virus corona). Tapi kalau secara penelitian sampai ke level uji klinis belum ada. Jadi ini masih hanya prediksi," imbuhnya lagi.

Sayangnya, tim peneliti masih belum bisa langsung melakukan uji in vitro dan seterusnya pada potensi jambu biji sebagai penghambat virus corona.

Pasalnya, tim peneliti belum memiliki virus SARS-CoV-2 untuk diujikan.

Rafika berkata bahwa untuk menguji, diperlukan virus SARS-CoV-2. Sementara pengetesan virus corona tersebut di Indonesia hanya dilakukan di Litbangkes.

"Kami memang sangat terbuka sekali (kalau) ada teman-teman dari Litbangkes yang mau meneruskan penelitian ini. Silahkan (meneruskan). Nanti, kami akan buat publikasinya, akan kami tuliskan hasilnya sebagai rekomendasi," ujarnya.

Untuk saat ini, masyarakat diperbolehkan mengonsumsi jambu biji sebagai senyawa herbal, bukan sebagai terapi atau pengobatan.

"Dia (jambu biji sebagai senyawa herbal) hanya membantu saja. Jadi, obat-obatan herbal tidak bisa diklaim sebagai menyembuhkan atau mengobati," kata Rafika.

Dia melanjutkan, yang boleh memberikan klaim mengobati dan menyembuhkan, hanya untuk obat tunggal yang telah diuji secara klinis. Kalau obat herbal kan komponennya banyak sekali, kita sebutnya sebagai pendukung saja.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/13/173400923/studi-pendahuluan-prediksikan-jambu-biji-berpotensi-hambat-virus-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke