Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Virus Corona, Beberapa Hal yang Harus Diketahui dan Pencegahannya

KOMPAS.com - Pemberitaan soal virus corona Covid-19 menarik perhatian kita semua. Utamanya setelah Presiden Joko Widodo mengonfirmasi bahwa ada dua WNI positif terjangkit virus SARS-CoV-2, keduanya kini dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara.

Setelah informasi itu diumumkan, muncul fenomena panic buying di tengah masyarakat. Sejumlah pusat perbelanjaan diserbu, hingga membuat barang tertentu ludes.

Sebetulnya, fenomena panic buying akibat virus corona tidak hanya terjadi di Indonesia.

Beberapa negara yang terinfeksi virus corona dilaporkan mengalami panic buying, seperti China, Hong Kong, Korea Selatan, Jepang, Italia, Jerman, Austria, dan beberapa negara lain.

Namun, pada dasarnya hal ini tidak perlu dilakukan.

Untuk mengetahui bagaimana menanggapi virus corona, kita harus mengenali terlebih dahulu virusnya.

Ahli gizi komunitas Dr dr Tan Shot Yen, MHum mengatakan, Covid-19 merupakan salah satu kelompok baru dari keluarga virus corona.

Virus corona sendiri bukan virus baru. Sebelumnya, sudah ada SARS-CoV dan MERS-CoV yang sempat juga mewabah beberapa tahun lalu.

Nah, virus corona ini biasanya bersemayam di tubuh hewan.

"Entah bagaimana dalam perjalanannya, virus corona ini bermutasi sehingga akhirnya bisa menyerang manusia," kata dokter Tan saat melakukan siaran langsung bersama Skata, suatu gerakan yang mendukung perencanaan pernikahan, keluarga, dan pendidikan anak Indonesia, Kamis (4/3/2020).

Dalam kesempatan itu, Tan juga mengingatkan bahwa virus berbeda dari bakteri ataupun parasit.

"Virus memiliki sifat self limited disease. Artinya, jika badan kita sehat dan prosedur pola hidup bersih dijalankan, maka virusnya pergi sendiri. Dia paling enggak senang di dalam badan manusia yang sehat," jelas Tan.

"Itu sebabnya kenapa Covid-19 lebih sering mengenai pada orang-orang yang sudah (lanjut) usia. Orang-orang yang rentan, usia 60-70-an," imbuhnya.

Tan menjelaskan, Covid-19 memiliki daya penularan virus yang tinggi. Ini artinya, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dapat dengan cepat menginfeksi orang-orang dengan daya tahan tubuh lemah.

Namun, perlu diketahui, angka kematiannya tidak setinggi yang dibayangkan masyarakat pada umumnya.

WHO memang mengatakan bahwa angka kematian Covid-19 naik menjadi 3 persen.

Dalam hal ini, Tan menerangkan bahwa angka 3 persen itu adalah 3 dari 100 orang yang positif terinfeksi Covid-19, bukan 3 dari 100 penduduk.

"Itu sebabnya, jurus jitu menangkal virus adalah balik ke fitrah. Fitrah kita adalah perlu hidup bersih, perlu hidup sehat," ungkap Tan yang juga seorang filsuf itu.

Menjalankan pola hidup sehat

Menjalankan pola hidup sehat tak hanya dengan melakukan satu hal tertentu. Namun, pola hidup sehat harus dilakukan dengan menyeluruh dan integratif dari semua kontribusi.

"Jadi percuma aja kalau kamu ngerebus jahe, tapi masih ngopi, ngerokok, ditambah lembur kurang tidur," kata Tan.

Salah satu cara paling mudah yang sebenarnya bisa kita lakukan adalah dengan mencuci tangan dengan air dan sabun. Hal ini pun semestinya sudah diajarkan kepada anak-anak.

"Karena cuci tangan sebenarnya jauh lebih efektif dibanding Anda rebutan pakai hand sanitizer. Padahal, hand sanitizer sebenarnya cara kepepet," ungkapnya.

Maksud dari cara kepepet yang dikatakan Tan adalah menggunakan hand sanitizer saat berada dalam kondisi jauh dari air mengalir, misalnya ketika sedang bepergian.

Kembali ke kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun, Tan dan semua ahli di dunia mengatakan bahwa sabun yang digunakan bisa sabun apa saja. Tidak perlu menggunakan sabun antiseptik.

Tan justru mengatakan, jika menggunakan sabun antiseptik berlebihan maka dapat membuat kuman sehat yang ada di kulit menghilang.

Saat kuman baik menghilang, kuman jahat justru bisa masuk ke dalam tubuh.

"Yang penting sabun, pakai air mengalir, dan keringkan dengan baik," kata Tan mengingatkan.

Mulai mengupas, bukan menyobek

"Yang penting lagi, pola makan yang sehat Hentikan kemasan, mulai dengan kupasan," kata Tan.

Tan menuturkan, Indonesia memiliki tiga buah yang memiliki kandungan antioksidan tinggi, yakni manggis, matoa, dan markisa.

"Tapi bukan sirup markisa, bukan bubuk matoa. Tapi buahnya," ungkap Tan memperingatkan sambil tertawa.

Ketiga buah tropis ini, disebut Tan, kaya akan kandungan antioksidan.

Secara sederhana, antioksidan adalah sifat berbagai senyawa yang dapat melawan radikal bebas.

Jadi, antioksidan bukanlah nama zat, melainkan sifat molekul yang membantu melindungi tubuh dari penyakit.

Radikal bebas, yang dilawan oleh molekul antioksidan, berbahaya untuk kesehatan apabila kadarnya terlalu tinggi.

Radikal bebas dengan kadar berlebih dapat memicu timbulnya kondisi stres oksidatif, yang merusak DNA. Kerusakan DNA ini dapat meningkatkan risiko beragam penyakit, termasuk kanker, penyakit jantung, serta diabetes.

Molekul antioksidan bisa dijumpai pada tubuh manusia dan berbagai makanan sehat.
Molekul antioksidan dari makanan banyak terkandung di buah dan sayuran, serta makanan yang bersumber dari tumbuhan lainnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/06/085938723/virus-corona-beberapa-hal-yang-harus-diketahui-dan-pencegahannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke