JAKARTA, KOMPAS.com - Insiden kereta api tertemper truk di Semarang dan Tanjungkarang beberapa waktu lalu menimbulkan banyak pertanyaan.
Salah satunya adalah mengapa kereta api tidak bisa berhenti atau mengerem mendadak agar tak terjadi kecelakaan?
Ternyata, ada beberapa alasan dibalik fenomena tersebut sebagaimana dilansir dari laman Instagram resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI @kai121_
1. Panjang dan berat rangkaian kereta
Hal yang menyebabkan kereta tidak dapat berhenti mendadak adalah karena panjang dan bobot kereta.
Semakin panjang dan berat rangkaian kereta api (KA), maka jarak yang dibutuhkan untuk KA dapat benar-benar berhenti akan semakin panjang.
Untuk di Indonesia, rata-rata kereta penumpang terdiri dari 8 kereta-12 kereta, dengan bobot mencapai 800 ton. Ini belum termasuk penumpang dan barang bawaannya.
Dengan kondisi tersebut, maka akan dibutuhkan energi yang besar untuk membuat rangkaian kereta berhenti.
Baca juga: Dalam 7 Bulan, 205.078 WNA Naik Kereta Api, Bandung-Surabaya Favorit
2. Sistem pengereman
Pengereman yang dipakai pada KA saat ini menggunakan jenis rem udara. Cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.
Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi roda.
Friksi ini nantinya yang akan membuat kereta berhenti.
Walaupun kereta telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak.
Rem ini hanya menghasilkan beberapa energi dan tekanan udara yang lebih besar, untuk menghentikan kereta lebih cepat.
Jadi, meskipun masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya tetap terlambat untuk melakukan pengereman.
Adapun beberapa faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman sebagai berikut: