KOTA-kota ini tidak akan berfungsi dengan baik jika perempuan tidak memiliki suara yang setara dalam perencanaan dan pengelolaannya.
Setiap 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional, yang memiliki nilai filosofis kesetaraan gender tertanam dalam setiap tujuan pembangunan berkelanjutan.
Namun perempuan dan anak perempuan menghadapi hambatan struktural dan sosial yang sangat besar untuk menjalani kehidupan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Ketika wanita melihat kota, apa yang mereka lihat?
Realita saat ini, sebagian besar kota dibangun oleh laki-laki, untuk laki-laki dengan sedikit atau tanpa memikirkan kebutuhan, aspirasi atau keamanan perempuan dan anak perempuan.
Dalam studi urban planning, the body of knowledge perencanaan kota ditujukan untuk semua lapisan masyarakat tidak terkecuali gender.
Peran perempuan dalam menata kota dengan persepsi dan pendekatan mereka tentu berbeda dengan peranan laki-laki yang cenderung mengutamakan faktor kecepatan, ketangguhan, dan aksesibilitas.
Perempuan melihat kota sebagai tempat keras yang mengancam keamanan mereka.
Faktor ketidaksiapan penjagaan, pencahayaan pada malam hari, atau pengawasan yang terus menerus demi keamanan mereka belum dirasakan secara maksimal.
Perencanaan kota yang memperhatikan aksesibilitas perempuan perlu diakomodasi dan disiapkan.
Beberapa perempuan tangguh yang memberikan sumbangsihnya terhadap perubahan perkotaan dapat kita telusuri dari beberapa akademis yang telah menerbitkan publikasi buku popular, salah satunya Jane Jacob.
Penulis menyadur cerita tokoh ini dari materi pemaparan Prof Edi Purwanto, seorang Guru Besar Arsitektur Universitas Diponegoro.
Beliau menjabarkan buku populer bagi perencana kota yang berjudul The Death and Life Of Great American Cities yang terbit 1961.
Buku ini memberikan gambaran pertumbuhan dan perubahan kota-kota di Amerika, pemikiran Jane Jacob dalam bukunya yang memperhatikan pentingnya trotoar, keselamatan, kontak antarmanusia, asimilasi anak-anak, hingga peran taman dalam keberlanjutan perkotaan.
Sisi feminisme dalam pemikiran perempuan coba dijabarkan agar kota menjadi inklusif terhadap perempuan dan anak perempuan.