MEDAN, KOMPAS.com - Edy Suranta Ginting berada di Kelapa Gading, Jakarta Utara, saat Kompas.com menghubunginya.
Dia sedang menyelesaikan lukisan pesanan sebuah perusahaan dan lukisan idealis untuk galeri di Yogyakarta yang mengontraknya selama dua tahun.
Pria ramah ini menjelaskan, produksi lukisannya hanya ada dua yaitu pesanan dan idealis.
Lukisan idealisnya bukan untuk orang Indonesia. Menurutnya, orang Indonesia kurang mengerti dan menghargai seni.
Ratusan buah tangannya justru dinikmati dan minati orang asing, terutama Jerman karena sponsor utamanya dari Berlin.
Harganya mulai dari Rp 200 juta sampai Rp 350 juta. Lukisan idealis tidak ada yang dipublikasikan, sesuai kesepakatan kontrak.
Apa yang dilihat di media-media adalah lukisan pesanan dan semuanya gambar wajah.
"Di Indonesia, lukisan idealis saya sama sekali belum pernah laku sampai sekarang. Orang Indonesia tidak pernah memesan lukisan yang benar-benar dari saya...," kata pelukis beraliran surealisme ini, akhir Desember 2021 lalu.
Kalau orang luar, setelah menanyakan apa alirannya, langsung meminta dibuatkan lukisan tanpa banyak "cing-cong".
Edy diberi kebebasan mengekspresikan apa yang ada di kepalanya. Berbanding terbalik dengan orang Indonesia, dia selalu merasa pusing, sampai pernah menutup order.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.