Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parodi Abad 21, Nasib TKA Migran dan Reklamasi di Balik Kemewahan Dubai

Kompas.com - 15/08/2021, 14:32 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Adapun upah yang diberikan untuk setiap buruh migran sebesar Rp 497.000 per minggunya.

Upah sekecil ini tentu saja sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para migran.

Pada tahun 2006 misalnya, tercatat ada 100-an pekerja migran bunuh diri di UEA. Pemicunya  karena frustasi dengan semakin banyaknya utang yang tidak bisa dilunasi.

Para buruh migran yang mengerjakan mega proyek Palm Island diketahui tinggal di kamp hunian sempit dan tidak layak huni.

Sejumlah 12 kamar kamp hunian prefabrikasi disediakan untuk menampung 30.000 pekerja migran laki-laki.

"Saya tentu sangat kecewa, awalnya perusahaan itu mengatakan bahwa saya akan dapat upah Rp 1,1 juta seminggu, tapi kenyataannya hanya setenganya. Selain itu mereka juga telah menunda gaji saya dua bulan," ungkap salah seorang buruh migran Sofiull.

Masalah lainnya dialami juga oleh buruh bernama Mohamed Mahboub. Dia mengatakan hanya mendapatkan upah sebesar Rp 894.000 per minggu dengan jabatan sebagai supervisor Palm Jumeirah.

Dari total upah yang diberikan itu, dia mengirimkan sebesar Rp 596.000 kepada keluarganya di rumah.

Untuk diketahui, Palm Island dibangun sebagai salah satu upaya agar kota tersebut tidak hanya bergantung pada minyak yang menjadi sumber daya utama UEA.

Terlebih Dubai tak seperti kota lain di UEA yang memiliki stok cadangan minyak sangat besar.

Karenanya, Dubai dirancang menjadi kota pariwisata dunia yang mendatangkan banyak wisatawan mancanegara.

Hanya, dibangunnya Palm Island justru justru mengundang sejumlah pertanyaaan besar.

Seperti diungkap akun Youtube Adam Something dalam video bertajuk "Dubai is a parody of the 21st century".

Video yang diunggah pada 10 Agustus 2021 tersebut viral di media sosial dan telah ditonton oleh lebih dari 2,5 juta orang.

Dalam videonya, Adam mengungkapkan sejumlah pernyataan menggelitik yang membuat banyak orang berfikir tentang alasan dibangunnya Palm Island.

Kata dia, pembangunan Palm Island yang merupakan proyek reklamasi itu sangat tidak logis dan masuk akal.

Secara topografi, Dubai merupakan gurun pasir dengan hamparan tanah yang sangat luas.

Sedangkan reklamasi biasanya dilakukan karena keterbatasan lahan. Pertanyaan Adam selanjutnya, mengapa tidak membuat Palm Island di dararan luas Dubai tersebut.

"Mengapa mesti dibuat dengan cara reklamasi yang harus mengorbankan kehidupan laut, kenapa tidak dibangun di lahan gurun yang masih luas aja kalau sekadar untuk membuat tempat yang ikonik," kata Adam.

Selanjutnya, Adam juga mengomentari konsep tata ruang kota Dubai yang telalu mencontek gaya Amerika Serikat.

Padahal, Dubai mestinya dapat mengembangkan kotanya dengan arsitketur dan tata ruang kota bergaya Arab atau Timur Tengah.

"Katanya negeri Arab, kenapa justru tidak mengembangkan versi Arabnya untuk dibuat modern? Bukankah akan lebih menarik dan jadi satu penemuan tersendiri," kritik Adam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com