Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Arsitektur Japandi Lagi Ngehits, Begini Asal Muasalnya

Kompas.com - 07/07/2021, 08:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam satu dekade terakhir, definisi kemewahan telah beralih dari gaya mentereng ke bahan-bahan minimalis dengan kualitas bagus.

Salah satu gaya arsitektur yang mengusung konsep minimalis adalah arsitektur Japandi. Kata Japandi merupakan gabungan dari kata Jepang dan Scandi (Skandinavia).

Munculnya gaya arsitektur ini berawal ketika para desainer dan kreatif Denmark mulai bepergian ke Jepang.

Baca juga: Desain Japandi, Solusi Menata Apartemen Sempit

Pada saat itu, desain mereka mulai dipengaruhi oleh estetika oriental yang penuh teka-teki dan memesona seperti yang mereka lihat di negeri Sakura tersebut.

Gaya desain kolaboratif ini dapat dilihat pada beberapa kerajinan keramik, arsitektur, dan furnitur yang ada di Denmark.

Terlebih filosofi kedua gaya arsitektur, Wabi-Sabi dari Jepang dan Hygge dari Denmark menghargai kesederhanaan, minimalis, dan penggunaan material alami.

Bila Anda tertarik mendesain hunian dengan gaya arsitektur Japandi, berikut beberapa prinsip yang harus Anda ikuti.

Minimalis itu penting

Minimalis merupakan kunci gaya arsitektur Japandi. Ini berlaku untuk furnitur dan dekorasi ruangan. Pilihlah furnitur yang fungsional dan sederhana, tanpa banyak ornament tambahan.

Tetap alami

Filosofi desain Japandi berfokus pada pentingnya pemanfaatan bahan-bahan dari alam di hunian. Dalam gaya ini, kayu merupakan elemen yang dominan.

Baca juga: 5 Trik Mudah Hadirkan Desain Japandi di Dapur

Tetapi kayu tidak hanya terbatas pada furnitur. Penggunaan kayu dalam hunian sangat bebas, karena bisa digunakan sebagai dinding maupun lantai.

Bahkan untuk elemen dekorasi taman di dalam ruangan.

Elemen dekoratif

Untuk elemen dekoratif, disarankan untuk tidak menempatkan terlalu banyak hiasan di dinding. Pilih beberapa vas atau ornamen keramik serta kerajinan tangan yang unik.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com