Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pandemi Picu Harga Rumah di Dunia Melonjak, Tertinggi sejak 2004

Sebagaimana dikutip dari riset Knight Frank Global bertajuk Global Residential Cities Index Q4-2021, terjadi pertumbuhan harga residensial di berbagai perkotaan dunia.

Indeks tersebut menyebutkan bahwa rerata pertumbuhan harga tahunan di 150 kota di dunia pada kuartal 4-2021 naik sebesar 11 persen.

Angka tersebut bahkan tercatat sebagai yang tertinggi semenjak kuartal 4-2004, atau yang tertinggi selama 18 tahun ke belakang.

Amerika memiliki rerata pertumbuhan harga tertinggi di 15 persen. Disusul Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) dengan pertumbuhan hingga 11 persen.

Sementara itu, kawasan Asia Pasifik tercatat memiliki angka pertumbuhan pada kisaran 9 persen.

Head of International Residential Research Knight Frank, Kate Everett-Allen, mengatakan, situasi lockdown yang berlarut membuat warga AS berhasil menabung secara signifikan.

Kemudian, diikuti juga dengan adanya peningkatan nilai ekuitas dari aset rumah yang mereka miliki.

"Kekayaan lebih tersebut akhirnya digunakan untuk merenovasi rumah yang ditinggali ataupun untuk membeli properti kembali," ujar Kate Everett-Allen dalam riset Knight Frank global dikutip Sabtu (16/04/2022).

Seperti halnya sebuah rumah khas di Phoenix, salah satu kota AS, yang mengalami kenaikan harga tercepat pada 2021.

Merujuk pada Zillow, nilainya 298.000 dollar AS atau sekitar Rp 4,2 miliar (kurs Rp 14.370) pada akhir 2020.

Lalu, pada akhir 2021 nilainya melonjak 32,5 persen menjadi 394.850 dollar AS atau sekitar Rp 5,6 miliar (kurs Rp 14.370).

Bertambah hampir 97.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,3 miliar (kurs Rp 14.370) dalam satu tahun untuk kumpulan ekuitas pemilik rumah.

Lonjakan ini tidak biasa terjadi di kota-kota dengan ekonomi maju. Namun, berapa lama harga saat akan terus naik dengan kecepatan itu masih menjadi pertanyaan.

Di satu sisi, negara seperti Selandia Baru, Inggris, dan AS, semuanya sudah menaikkan suku bunga pada 2022.

Sentimen konsumen juga melemah karena krisis geopolitik di Ukraina dan pendapatan tidak naik sejalan dengan inflasi.

"Peralihan dari pasar penjual ke pembeli yang lebih banyak peluang mungkin lebih dekat daripada yang kami perkirakan di awal tahun," terang Kate Everett-Allen.

"Tetapi, bahkan jika tarif mencapai 4 persen di AS dan Inggris, angka di mana Capital Economics memperkirakan harga rumah akan mulai turun, sepertinya tidak akan menghentikan kebangkitan perkotaan pada jalurnya," pungkasnya.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/04/16/093018321/pandemi-picu-harga-rumah-di-dunia-melonjak-tertinggi-sejak-2004

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke