Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Quo Vadis Sektor Properti Indonesia: Digitalisasi dan Peran Penting Generasi Muda

Walaupun vaksinasi telah menyentuh 100 juta atau 76 persen warga Indonesia dari total target pada awal Oktober 2021, para pemangku kepentingan di sektor properti harus dapat beradaptasi untuk membangkitkan optimisme pasar yang belum sepenuhnya pulih.

Pandemi juga telah berdampak pada turunnya aktivitas para investor properti yang kini mengambil posisi berhati-hati dalam pembelian properti.

Hal ini memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap pengembangan proyek baru terutama dengan klasifikasi high rise yang sangat tergantung pada pemesanan awal.

Sejatinya, properti merupakan salah satu sektor dari perekonomian yang sangat krusial dalam pemulihan perekonomian Nasional.

Terbukti, menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sektor properti memiliki multiplier effect terhadap 174 sektor lain dan 350 industri berskala kecil.

Pandemi telah memberikan sebuah pembelajaran yang penting bagi sektor properti dalam menemukan cara inovatif demi menjangkau masyarakat yang lebih luas.

Pandemi juga memberikan sebuah titik terang untuk para pelaku properti di bidang pemasaran dengan titik berat pada dua poin.

Pertama, pandemi memberi kesempatan pelaku pasar untuk melakukan pembenahan diri terutama dalam hal mencari cara agar bisa dapat meyakinkan para pencari bahwa kepemilikan dan investasi properti masih merupakan kebutuhan pokok sekaligus punya prospek jangka panjang yang bagus.

Kedua, digitalisasi di sektor properti merupakan sebuah keniscayaan. Perusahaan konsultan global ternama Mckinsey & Company mencatat, 10 tahun akselerasi adopsi digital telah terjadi dalam 3 bulan pertama terjadinya pandemi.

Ini menggarisbawahi bahwa adopsi digital merupakan kebutuhan mendesak bagi sektor krusial seperti properti.

Hal yang perlu ditekankan di sini adalah pentingnya sektor properti untuk dapat mendekatkan diri dengan mayoritas pencari saat ini yang memiliki karakteristik, kepribadian dan pola konsumsi yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Data Lamudi Indonesia mencatat, pada kurun 2016 hingga 2021 jumlah pencari
properti telah mengalami peningkatan hingga 100 kali lipat dari 347.948 pencari menjadi 4.170.446 pencari.

Selain itu, demografi pencari properti telah mengalami perubahan. Mayoritas berada pada klasifikasi umur 25-34 tahun atau kategori milenial dan generasi Z pencari properti pertama.

Demografi baru ini lebih peka terhadap perkembangan teknologi dan memiliki tuntutan kemudahan dalam proses pencarian dan pembelian properti.

Pada era digitalisasi sektor properti yang akan datang, generasi milenial dan generasi Z yang akan mendorong angka permintaaan properti dan menjadi pemain penting di sektor properti.

Berdasarkan tren tersebut dapat digarisbawahi, membangkikan optimisme pasar properti yang masih terkena dampak oleh pandemi, sangat penting agar demografi pencari properti baru dapat difasilitasi sehingga memunculkan sentimen positif kepada pasar.

Sentimen ini dapat dicapai dengan dua cara yakni mempermudah akses terhadap properti melalui edukasi dan dan menciptakan sebuah ekosistem sinergis yang bertujuan mempermudah perjalanan pencarian properti.

Mematahkan stigma sulitnya memiliki properti

Properti merupakan kebutuhan primer, namun dalam kenyataannya terdapat actualization gap di mana akses terhadap metode pendanaan yang memadai kerap sekali sulit untuk didapatkan terutama bagi masyarakat berpendapatan menengah kebawah.

Walaupun pemerintah telah memperpanjang skema DP 0 persen hingga Desember 2022 dan memberikan insentif PPN 50 persen-100 persen, ternyata belum berpengaruh signifikan terhadap angka penjualan properti secara langsung maupun online.

Data Lamudi Indonesia menunjukkan bahwa rumah di wilayah Jabodetabek serentang Rp 100 juta-Rp 600 juta mengalami penurunan penjualan atau dari sebelumnya 60,85 persen pada 2020 menjadi 56,28 persen pada 2021 terhitung dari Januari hingga November.

Sebagai perbandingan, rumah kategori menengah ke atas yang berkisar Rp 600 juta-Rp 1,1 miliar mengalami peningkatan menjadi 15,31 persen pada tahun 2020 dibandingkan 22,24 persen pada tahun 2021.

Yang dapat dilihat dari fenomena ini adalah insentif pemerintah telah memberikan dampak positif pada peningkatan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas tapi belum dapat menjangkau secara efektif masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

Ini menunjukkan bahwa pada umumnya penjualan online telah dapat menjangkau masyarakat luas dan diperkirakan akan terus bertambah pada tahun 2022 mengikuti tren yang ada.

Namun, yang menjadi pokok permasalahan di sini adalah bagaimana memberikan akses pendanaan yang tepat sasaran kepada masyarakat menengah ke bawah.

Untuk dapat memperbaiki permintaan perumahan dari segmen kebawah diperlukan edukasi finansial mengenai pemilihan metode pembayaran KPR yang tepat.

Hal ini karena KPR masih menjadi metode pembayaran properti yang paling diminati.

Di sinilah, kolaborasi antara pihak pengembang dan sektor perbankan sangat dibutuhkan. Kedua belah pihak harus proaktif dalam memberikan konsultasi mendalam tentang pemilihan KPR.

Pentingnya membangun ekosistem properti berkesinambungan

Tidak dapat dimungkiri bahwa pemangku properti memiliki kepentingan yang beririsan dan pandemi telah menggarisbawahi vitalnya pendekatan multi-stakeholder dalam pencarian solusi untuk menggairahkan sektor properti yang tengah lesu.

Pandemi telah menunjukkan bahwa, pelaku sektor properti memiliki kepentingan yang sama dalam meningkatkan angka penjualan demi menstimulasi pasar.

Penekanannya di sini adalah bagaimana platform teknologi properti atau PropTech sebagai wadah digitalisasi sektor properti tanah air memberikan peluang kepada para pengembang, agen, dan bank untuk memudahkan pengalaman pencarian properti.

Kebanyakan dari milenial dan generasi Z yang kini melek teknologi mencari properti secara online demi memudahkan pencarian dan tren ini diprediksi akan terus berkembang seiring waktu.

Peran PropTech sebagai enabler atau fasilitator memungkinkan para pelaku sektor properti  dapat bertemu dan bersinergi untuk pembangunan sebuah ekosistem simbiotik.

Seiring dengan berkembangnya digitalisasi, PropTech akan memainkan peran lebih penting dalam menjangkau pencari properti baru. Baik dalam hal pemasaran, mendapatkan calon pengguna KPR dan memberdayakan agen.

Ketiga pihak ini dapat bertemu di sebuah layanan terintegrasi yang berdampak signifikan terhadap pemulihan ekonomi Indonesia.

https://www.kompas.com/properti/read/2021/12/21/140000921/quo-vadis-sektor-properti-indonesia--digitalisasi-dan-peran-penting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke