Andalkan Infrastruktur Strategis, Jakarta Business District Hadir dengan Estimasi GDV Rp 28 Triliun

Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Pelabuhan Patimban, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati, APM Monorail, Tol Jakarta-Cikampek II Selatan, dan LRT Jabodebek Cawang-Bekasi Timur menjadi generator percepatan pertumbuhan kawasan.

Koridor Timur Jakarta yang mengintegrasikan Jakarta Timur, Bekasi, Cikarang, Karawang hingga Purwakarta pun, menjadi primadona.

Kondisi faktual ini mendorong PT Modernland Realty Tbk melansir Jakarta Business District, proyek jumbo seluas 60 hektar di Jakarta Garden City, Cakung, Jakarta Timur.

Director PT Modernland Realty Tbk David Iman Santosa menuturkan, pesatnya perkembangan infrastruktur secara tidak langsung telah menjadikan Jakarta Garden City sebagai pintu gerbang terdepan bagi kawasan Koridor Timur Jakarta.

Menurut David, lokasi strategis ini menjadikan Jakarta Garden City sebagai pilihan investor dalam negeri dan global merealisasikan ekspansi bisnisnya.

Sebut saja Astra Property (Indonesia), Hongkong Land (China), Aeon (Jepang), Shell (Singapura), dan IKEA (Swedia).

"Untuk mendukung kebutuhan mereka, perseroan merilis Jakarta Business District dengan estimasi gross development value (GDV) 2 miliar dolar AS atau ekuivalen Rp 28 triliun," ujar David menjawab Kompas.com secara tertulis, Sabtu (23/10/2021).

David menuturkan, Jakarta Business District akan mencakup kompleks perkantoran, kompleks apartemen, pusat perbelanjaan (retail mall), hipermarket, dan fungsi komersial lainnya.

Jakarta Garden City sendiri merupakan mengembangkan township  dengan total lahan seluas 370 hektar.

David memastikan, ke depan perusahaan akan terus menambah fasilitas dan membuka pintu kerja sama dengan para investor domestik dan mancanegara.

Catatan redaksi: Artikel ini telah mengalami penyuntingan lebih lanjut pada judul dan kutipan nara sumber. Melalui email tertanggal 24 Oktober 2021 pukul 12.12 WIB, PT Modernland Realty Tbk mengaku melakukan kesalahan penulisan Gross Development Value (GDV) menjadi Gross Domestic Product (GDP).  

Dengan demikian kesalahan penulisan GDP diralat dan telah diperbaiki.