Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meski Sering Kebanjiran, Rumah di Kelapa Gading Tetap Diminati

Meski disebut elite, kawasan ini sering kali menjadi langganan banjir terutama saat musim hujan datang.

Tercatat, banjir terparah di kawasan tersebut terjadi pada tahun 2002 dan 2007.

Sementara pada tahun 2020, banjir terjadi menggenangi setidaknya tiga kelurahan meliputi Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, dan Pegangsaan Dua.

Kompleks perumahan dan apartemen seperti Gading Kirana, Summarecon Kelapa Gading, dan Gading Mediterania Residence pun tak luput terendam banjir.

Kendati demikian, kawasan dengan luas 1.633,7 hektar tersebut tetap saja diincar investor dan pengembang properti. Harga lahan dan propertinya pun terus meroket, alih-alih surut.

Dilansir dari Rumah.com harga properti di Kelapa Gading umumnya di atas Rp 500 jutaan.

Sebut saja apartemen seken City Home Mal of Indonesia (MOI) yang dibanderol Rp 750 juta dengan luas 45 meter persegi.

Kemudian Gema Insan Residence yang dibanderol Rp 789,5 juta dengan tipe 40/52 meter persegi, dan Apartemen Kenkingston seharga Rp 1,3 miliar dengan luas hanya 37 meter persegi.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Bambang Eka Jaya mengatakan awalnya Kelapa Gading hanya dikenal sebatas kawasan hunian saja.

Namun seiring perkembangan infrastruktur konektivitas, Kelapa Gading bertransformasi menjadi tempat untuk berbisnis.

"Kelapa Gading awalnya dikenal sebagai kawasan yang jauh di ujung Jakarta Utara, berbatasan dengan Jakarta Timur. Nah dengan adanya tol dalam kota serta mulai tumbuhnya fasilitas komersial di sana, membuat kawasan itu banyak diminati," kata Bambang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/10/2021).

Bambang menuturkan, hadirnya sejumlah fasilitas komersial di Kelapa Gading menjadi daya tarik dan membuat orang berkeinginan punya rumah di kawasan tersebut.

Tak kurang dari Mal Kelapa Gading yang terus bekembang hingga saat ini, lalu La Piazza, Harris Hotel, Mall of Indonesia, Kelapa Gading Square, dan lain-lain.

"Selain itu juga banyak tempat-tempat kuliner yang tentu semakin mengokohkan posisi Kelapa Gading sebagai permukiman dan central business district (CBD) yang secara bisnis tentu cukup menjanjikan," lanjut dia.

Bambang juga menceritakan pengalamnnya memiliki kantor bisnis di Kelapa Gading selama lebih dari 30 tahun.

Menurut dia, salah satu alasan memilih Kelapa Gading sebagai kantor pada 1990 karena lokasinya relatif jauh dari pusat kota.

Selain itu, Kelapa Gading juga menjadi lokasi yang aman dari penjarahan pada saat terjadi kerusuhan tahun 1998.

"Ditambah waktu peristiwa 1998 itu kawasan Kelapa Gading relatif lebih aman dari penjarahan dan teror-teror. Ya karena adanya kawasan TNI Angkatan Laut di sekitarnya," ungkap Bambang.

Meski sering alami banjir, bagi Bambang hal itu tidak menjadi kendala utama. Kelapa Gading tetap menjadi kawasan prospektif dan menjanjikan secara bisnis.

"Orang sekarang itu lebih realistis. Banjir di Jakarta itu sudah jadi keniscayaan. Bahkan Istana Negara itu kan sempat kebanjiran. Dan sekarang dengan adanya pompa yang siaga di area sekitarnya, ancaman banjir di Kelapa Gading justru relatif berkurang saat ini," tutur dia.

Bambang menambahkan alasan lain orang tertarik beli rumah di sini, karena aksesnya yang mudah untuk menjangkau berbagai lokasi.

Terbaru adalah Tol Dalam Kota Kelapa Gading-Pulo Gebang yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 23 Agustus 2021.

"Kawasan Kelapa Gading itu lengkap, apa aja ada, selain itu ditambah dengan aksesnya yang mudah untuk ke mana-mana," tutup dia. 

https://www.kompas.com/properti/read/2021/10/22/070000221/meski-sering-kebanjiran-rumah-di-kelapa-gading-tetap-diminati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke