Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Selamat untuk Film Kadet 1947

Film Kadet 1947 adalah kisah heroik para kadet AURI pada tanggal 29 Juli 1947. Kisah para Kadet yang menyerang kubu kedudukan Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarwa dengan menggunakan pesawat terbang peninggalan Jepang yang disiapkan secara mandiri.

Kisah heroik dan patriotik tentang keberanian anak anak muda yang menyiapkan pesawat terbang dan menerbangkannya “hanya” dengan modal seadanya saja.

Tanpa memiliki bengkel pesawat yang memadai para teknisi dengan gagah berani menyiapkan pesawat yang ditinggalkan Jepang untuk dapat diterbangkan kembali.

Demikian pula para Pilot Muda yang masih bertatus sebagai kadet telah “nekat” menerbangkan pesawat terbang itu di pagi buta yang masih gelap gulita dibantu rekan rekannya yang menyiapkan “senjata” untuk menyerang Belanda.

Mereka terdiri dari Kadet Moeljono dan Dulrachman dengan pesawat Guntei, Soetardjo Sigit dan Soetardjo dengan pesawat Churen serta Kadet Soeharnoko Harbani dengan Kaput menggunakan pesawat Churen.

Kisah penuh kepahlawanan yang telah menjadi acara ritual setiap tahun diperingati oleh keluarga besar Angkatan Udara, diangkat untuk pertama kalinya kepentas layar lebar bioskop untuk konsumsi umum.

Sahabat sekolah anak saya, Erik dan Iwan beserta teman-teman berinisiatif membuat film Kadet 1947. Film yang di produksi atas kerja bersama Temata Studios, Legacy Pictures, Screenplay Films dan Angkatan Udara.

Film Kadet 1947, yang muncul di permukaan menjelang akhir tahun 2021 ini, terasa menjadi istimewa karena tiga hal penting.

Yang pertama, apabila membicarakan Angkatan Udara di pentas film, selama ini yang tertanam di memori banyak orang adalah tentang keterlibatan Angkatan Udara dalam tragedi pemberontakan G-30 S PKI.

Berikutnya yang ke dua adalah film yang sangat sarat makna tentang pesan pesan mengenai kepahlawanan dan patriotisme dalam mempertahankan kemerdekaan muncul ditengah meredupnya rasa kesadaran sebagai warga negara sebuah bangsa yang bermartabat.

Minimal tentang hal ini dapat tecermin dari peristiwa dilarangnya mengibarkan bendera merah putih saat Indonesia sukses meraih Thomas Cup.

Di sisi lainnya adalah tentang bagaimana tidak beradabnya mereka yang telah menyebabkan Maskapai Penerbangan Garuda kebanggaan bangsa yang telah susah payah dibangun kemudian di “jarah” habis habisan tanpa rasa malu sedikitpun.

Yang ketiga adalah film tentang operasi udara ini muncul kepermukaan ditengah lenyapnya visi kedirgantaraan Indonesia.

Sejak tahun 1950-an, ketika Indonesia sebagai sebuah negara berbentuk kepulauan belum memiliki Dewan Kelautan, namun telah memiliki Dewan Penerbangan.

Ketika masih banyak negara di kawasan yang belum memiliki “space agency” Indonesia telah memiliki LAPAN.

Tragisnya adalah realita dalam kurun satu dekade belakangan ini telah meninggal dunia dengan tenang tanpa penyebab yang jelas “Depanri” dan “LAPAN”.

Itu semua telah membuat Film Kadet 1947 menjadi sangat amat istimewa.

Salut kepada mereka yang telah berinisiatif memproduksi Film yang telah memperkuat berbagai upaya dalam turut serta membangun karakter bangsa dan kecintaan terhadap tanah air udara Indonesia.

Film yang telah turut serta berkontribusi mengembangkan minat dirgantara generasi muda. Dirgantara sebagai masa depan umat manusia dan sekaligus masa depan Indonesia sebagai bangsa.

Kembali ke film Kadet 1947, film ini adalah sebuah film yang sangat “dähsyat” dengan adegan terakhir yang menggambarkan pulangnya tiga pesawat terbang sang Kadet setelah menjalankan misi dengan sukses kembali dengan selamat ke Maguwo.

Akan lebih dahsyat lagi bila kemudian ditutup dengan sedikit penjelasan pasca operasi udara. Misalnya di sebutkan bahwa :

Aksi serangan udara para kadet di pagi hari tangal 29 Juli itu, telah membuat pihak Belanda “marah besar”.

Petang harinya Belanda dengan menggunakan dua pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk menyerang dengan biadab membabi buta menembaki Pesawat Dakota VT-CLA yang sama sekali tidak bersenjata.

Pesawat Dakota VT-CLA yang tengah menjalankan misi kemanusiaan membawa obat-obatan sumbangan Palang Merah Malaya kepada Palang Merah Indonesia.

Serangan ini menelan korban jiwa, di antaranya Alexander Noel Costantine (pilot kebangsaan Australia), Ny. A.N. Constantine, Roy Hazelhurst (co pilot), Bhida Ram (juru tehnik), Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Komodor Muda Udara A. Adisutjipto dan Opsir Muda Udara Adi Soemarmo.

Dalam menghormati para pahlawan yang gugur di medan bakti itulah, maka tanggal 29 Juli diperingati setiap tahun oleh keluarga besar Angkatan Udara sebagai “Hari BAKTI Angkatan Udara

Terlepas dari itu semua, Film Kadet 1947 ini memang sebuah film yang bagus sekaligus Istimewa.

Selamat dan Sukses untuk mereka semua yang terlibat dalam pembuatan film ini.

Selamat buat Erik dan Iwan serta kawan kawan yang telah mengangkat kisah heroik Angkatan Udara (yang selama ini terpendam) ke layar lebar untuk konsumsi publik. Selamat menonton film Kadet 1947 !

Jakarta, 28 November 2021
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia

https://www.kompas.com/hype/read/2021/11/28/164817566/selamat-untuk-film-kadet-1947

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke