Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Awal Mula Aswin Nurcahya Tertarik Anime hingga Garap Tokyo Revengers

Aswin Nurcahya terlibat dalam pembuatan anime Jepang yang berjudul Tokyo Revengers, sudah dari episode ketujuh ia dan timnya tergabung untuk menggarap anime tersebut.

Aswin mengaku mulai tertarik dengan anime saat ia mengenyam pendidikan D3 jurusan Sastra Jepang di Universitas Diponerogo, Semarang.

Dalam proses menggarap anime Tokyo Revengers, Aswin mengatakan, kesulitan dalam waktu pengerjaan tergantung frame adegan.

Sejak 2016 menekuni anime di Jepang, Aswin memiliki harapan ingin kembali ke Indonesia dan menjadi sutradara anime di Tanah Air.

Awal tertarik anime

Di tengah perjalanan Saat studi D3 Sastra Jepang di Universitas Diponegoro, Semarang, Aswin tertarik mempelajari anime dan mencari cara untuk mempelajarinya di Jepang.

Aswin akhirnya mengikuti program dari LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) di Yogyakarta.

Dia pun bisa menembus Jepang dan sekolah bahasa selama satu setengah tahun di Nippon Academy di Kota Gunma adpads Oktober 2016.

Setelahnya, ia kuliah D2/3 di Sekolah Anime JAM Nihon Anime Manga Senmon Gakko di Niigata selama dua tahun.

Di sana lah Aswin belajar cara dasar menggambar anime dan semua yang berhubungan dengan anime.

Sambil melamar ke studio anime di Tokyo

Para mahasiswanya memang dianjurkan melamar ke studio-studio anime di Tokyo dan berlabuhlah Aswin ke Studio In Pack sejak setahun lalu.

Timnya dipercaya oleh Studio Lidenfilms yang memproduksi Tokyo Revengers untuk mengerjakan isinya.

"Di tim kami ada sutradara bagian visual effect yang punya kenalan dekat sama Studio tersebut (Lidenfilms). Pihak sana meminta bantuan dari tim kami untuk mengerjakan compositing di visual effect-nya," kata Aswin Nurcahya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Sabtu (12/6/2021).

Kesulitan garap anime Tokyo Revengers

Tim Aswin sudah mulai menangani Tokyo Revengers sejak episode 7 sebagai visual compositor.

Menurutnya, kesulitan dalam membuat anime tersebut tergantung dari banyaknya frama adegan. Ia bisa membutuhkan waktu pengerjaan belasan menit hingga beberapa jam per adegan.

"Kalau karakternya banyak, tempelannya banyak, bisa sampai dua atau tiga jam. Tapi kalau simple, muka aja, yang enggak ada tempelannya itu bisa 10 (sampai) 15 menit," ungkapnya.

Sementara satu episode, berjumlah ratusan adegan. Aswin berujar jika sudah terbiasa maka tak sulit, ia juga menggarap anime tersebut bersama tim Color and Smile di Studio In Pack.

Banyak menggunakan teknik editing dan efek

Aswin menuturkan, banyak teknik editing dan efek yang ia gunakan dalam sebuah adegan.

Misalnya, dalam adegan melempar sepeda, gambar utama yang disorot adalah di tengah sepeda yang ditambahkan efek zoom out.

Pekerjaan yang harus dilakukannya dengan hati-hati termasuk tahap yang paling penting, yaitu final touch.

"Benar-benar harus hati-hati jangan sampai ada yang salah karena bagian paling ujung di proses animasi. Jadi harus benar-benar di cek berulang kali hasilnya biar enggak salah," tutur Aswin.

Ingin jadi sutradara anime di Indonesia

Aswin memastikan diri akan kembali ke Indonesia suatu hari kelak. Ia mengaku ingin menjadi sutradara anime di Indonesia.

"Itu malah dasar saya untuk belajar ke Jepang. Karena saya pergi ini pribadi saya sendiri, saya pergi untuk Indonesia, dan balik untuk Indonesia," kata Aswin Nurcahya.

Pria berumur 26 tahun ini menuturkan, ia memang sudah punya rencana untuk kembali ke Indonesia saat memasuki usia 30 tahun.

"Rencana sih ada tapi saya belum mau kasih tahu kapannya. Terus untuk bikin (anime di Indonesia) itu saya enggak langsung buru-buru," ucap Aswin.

https://www.kompas.com/hype/read/2021/06/13/105948966/awal-mula-aswin-nurcahya-tertarik-anime-hingga-garap-tokyo-revengers

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke