Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Kritik Nafa Urbach Terhadap Sinetron Indonesia

Pada Senin (20/4/2020) lalu Nafa sempat meminta pendapat dari warganet di Instagram. Dari hasil itu warganet mengatakan sudah tidak lagi menonton sinetron Indonesia melainkan beralih ke drama Korea.

Berawal dari situ, Nafa memaparkan kekhawatirannya terhadap sinetron Indonesia, seperti dirangkum Kompas.com berikut ini.

1. Bisa ditinggal penonton

Nafa merasa masyarakat yang semakin banyak menyaksikan konten luar negeri bisa mengancam masa depan sinetron hasil karya anak bangsa.

"Nah itu menurut aku akan menjadi suatu ancaman buat sineas sinetron Indonesia, kalau seandainya para sinetron Indonesia atau sineas Indonesia kerjaannya tidak membuat sesuatu gebrakan yang baru," jelas Nafa saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/4/2020) petang.

Menurut perempuan kelahiran 15 Juni 1980 ini, perkembangan zaman mempermudah manusia mengakses konten hiburan luar negeri bahkan rela membayar untuk itu.

"Kalau seandainya sinetron Indonesia tidak membuat gebrakan dari segi cerita, dari segi pengambilan gambar, dari segi kualitas akting, dari segi kualitas cerita, orang tidak akan nonton sinetron lagi nantinya," ujar Nafa.

2. Syuting stripping bikin kelabakan

Menurut Nafa, sistem kejar tayang atau stripping mempengaruhi kinerja tim produksi sinetron untuk bisa menghasilkan karya yang bagus.

"Sudah stripping bikin ceritanya ribetnya bukan main, nanti ada adegan tabrakanlah, yang ditabrak truklah, apa segala macam," kata Nafa.

Dengan keterbatasan waktu, kualitas sinetron pun menjadi seadanya.

"Itu kan enggak bisa cuma diambil sembarangan aja. Karena industri dan karena stripping, dikejar waktu, dikejar anggaran produksi, akhirnya jadinya jeleknya luar biasa," ujar dia.

3. Alarm untuk rumah produksi

Menurut Nafa, demam masyarakat terhadap drama Korea dan tontonan luar negeri seperti menjadi peringatan untuk rumah produksi yang menggarap sinetron lokal.

"Jadi ini udah kayak alarm sih kalau aku pikir, alarm buat sineas Indonesia, penulis skenario Indonesia, dan PH (production house) di Indonesia yang mengerjakan sinetron stripping," ujar Nafa. 

4. Cerita kurang kreatif

Berdasarkan pengalaman syuting sinetron baru-baru ini, Nafa mengatakan skenario saat ini masih belum ditulis secara kreatif.

"Pas waktu aku ditawari sinetron, aku sih sebenarnya penasaran juga. Terus aku punya persyaratan, 'oke gue cuma mau syuting seminggu tiga kali', aku bilang begitu. Aku pengin tahu dong sekarang itu sistem industri sinetron di Indonesia tuh seperti apa," ucap Nafa.

"Ternyata ya lumayan kasihan sih. Maksudnya, dari segi cerita juga, pengambilan gambar, terus kayak ya... mereka penulisnya kurang kreatif sih kalau aku bilang, para penulisnya," tutur Nafa.

5. Cerita monoton

Mantan istri Zack Lee ini berpendapat jalan cerita sinetron tidak harus selalu satu tema dari masa ke masa.

"Sebenarnya cerita-cerita Indonesia itu kan banyak sekali, bukan cuma tentang kekayaan, harta melimpah, intimidasi, terus yang miskin dan yang kaya. Enggak cuma sekadar itu-itu aja," papar Nafa.

Ia memiliki saran bagi para penulis skenario sinetron dalam memanfaatkan masa karantina di rumah selama pandemi virus corona ini.

"Sebenarnya masa karantina ini adalah masa yang tepat untuk seluruh penulis skenario di seluruh Indonesia untuk memakai waktunya, menulis cerita bagus-bagus. Jadi nanti mereka tinggal jual. Karena yang terjadi di Indonesia mereka nulisnya dadakan," ucap Nafa.

6. Musik yang "jeng... jeng... jeng"

Nafa Urbach juga menyoroti musik latar untuk adegan-adegan di sinetron. Menurut dia, dari sisi musiknya, sinetron Indonesia tidak berubah dari tahun ke tahun.

"Dari tahun berapa musiknya begitu terus, enggak ada perkembangan, mungkin akan lebih bisa ditelitilah," kata Nafa.

Ia berharap musik di adegan sinetron tidak selalu menimbulkan suasana mencekam.

"Karena musik sangat mempengaruhi alur. Hati mau dibawa sedih musiknya sedih, jangan sedikit-sedikit jeng jeng jeng jeng," kritiknya.

7. Sinetron zaman dulu keren

Nafa membandingkan kualitas sinetron zaman dia masih aktif terlibat. 

"Zaman aku, sinetron aku keren banget. Zaman aku segi cerita, semuanya, sinetronnya bagus-bagus. Aduh maaf ya tapi kalahlah sinetron sekarang. Karena (dulu) weekly," ucap Nafa.

Ibu satu anak itu berpendapat sinetron mingguan bisa dicoba untuk diterapkan lagi saat ini.

"Aku mikir enggak usah terlalu banyak-banyaklah, ya bikin aja kayak season-season. Cuma, satu season mungkin okelah 50 episode, kan, kualitasnya akan lebih terjaga," ujar Nafa.

https://www.kompas.com/hype/read/2020/04/23/094359566/7-kritik-nafa-urbach-terhadap-sinetron-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke