JAKARTA, KOMPAS.com - Alhairi dan Mursidi adalah dua dari puluhan ribu petani yang merasakan manfaat dan peningkatan perekonomian setelah menjadi petani mitra melalui perusahaan pemasok tembakau yang bermitra dengan PT HM Sampoerna Tbk.
Tak ada lagi cerita gigit jari saat gagal panen.
Alhairi dan ribuan petani lainnya menjadi bagian dari Integrated Production System (IPS) atau Sistem Produksi Terintegrasi yang telah dijalankan Sampoerna sejak tahun 2009 di beberapa sentra penanaman tembakau di Pulau Jawa dan Lombok.
Baca juga: Buat Pestisida Organik Sendiri dari Tembakau
Dilansir dari siaran resmi HM Sampoerna, Kamis (19/1/2022), ada tiga komponen yang berkaitan langsung dengan IPS yaitu petani, pemasok, dan pabrikan.
Pada tahun 2021, jumlah petani tembakau yang telah bergabung dalam program kemitraan ini berjumlah lebih dari 21.000 orang.
Pekerjaan sebagai petani tembakau telah dijalani Alhairi selama kurang lebih 20 tahun di Jember, Jawa Timur. Pekerjaan yang dilakoni turun temurun dari orang tuanya, dengan segala suka dan duka.
Setelah bergabung dengan perusahaan mitra Sampoerna, tak ada keresahan lagi.
Baca juga: Cara Membuat Pestisida Nabati dari Tembakau dan Bawang Putih
Petani yang menjadi bagian mitra pemasok tembakau untuk Sampoerna, memiliki kontrak pembelian dengan supplier, untuk jaminan pembelian hasil panen sesuai kuantitas dan kualitas yang disepakati di awal.
Alhairi bergabung menjadi petani mitra Sampoerna sejak 2017.
“Sebelum bermitra, kalau ada masa-masa seperti bencana alam, jatuh sudah. Rugi banyak itu sudah. Bisa jual-jual sawah, soalnya tidak ada jaminan untuk dibeli. Setelah ikut mitra, ada jaminan dibeli. Pokoknya waktu Gunung Raung meletus, yang ikut mitra untung, selamat. Yang tidak mitra, seperti saya, jatuh waktu itu. Jadi keuntungannya itu banyak, ada jaminan dibeli,” kata Alhairi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.